Polusi adalah sebuah kata yang identik dengan adanya gangguan pada lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh pencemaran baik bersifat padat, udara, maupun cair pada tingkat tertentu. Sedangkan visual identik dengan rupa dan perupaan. Bagaimana bila perpaduan kedua kata tersebut bergabung menjadi satu dan berisi mengenai informasi politik? Itulah fenomena yang akhir-akhir ini kita saksikan di lingkungan sekitar kita.
Tahun politik 2019 telah dimulai. Pemandangan mengenai bendera partai politik, spanduk, reklame, banner, dan baliho yang berisikan calon wakil rakyat telah menghiasi sepanjang jalan yang ada. Padahal, sepanjang jalan telah disesaki oleh papan-papan iklan komersial. Sudah ada beberapa keluhan masyarakat mengenai gangguan yang dirasakan.
Pandangan terhadap rambu lalu lintas yang terhalang oleh alat peraga kampanye dan pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan secara 'asal' di tiang listrik, pohon, dan tempat-tempat lain yang tidak semestinya dapat mengganggu pandangan dan membahayakan pengguna jalan dalam berkendara.
Coba kita cermati, iklan yang dilakukan oleh calon wakil rakyat memiliki kesan yang sama setiap periode. Senyum khas, gelar akademis lengkap, serta jargon politik terukir jelas pada setiap iklan yang terpasang. Media yang digunakan tidak mengalami perubahan.
Papan reklame, baliho, spanduk, dan media visual lainnya masih populer sebagai alat promosi jati diri calon wakil rakyat. Promosi memang perlu dilakukan, terlebih bila calon wakil rakyat dirasa kurang dikenal oleh masyarakat.
Revolusi Industri 4.0
Kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, suatu era perubahan besar yang terjadi pada berbagai macam sektor industri. Suatu keadaan yang memaksa berbagai sektor untuk melakukan perubahan besar agar tidak kalah bersaing.
Teknologi telah merubah segalanya menjadi efektif, efisien dan ekonomis. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa calon wakil rakyat kita tidak mengikuti era perubahan besar ini dan masih menggunakan cara 'lama' guna menarik suara dari masyarakat?
Kita sebagai masyarakat dan calon pemilih wakil rakyat tidak hanya perlu sekadar ingin mengetahui nomor urut, foto, serta nama lengkap beserta gelar calon wakil rakyat. Kita perlu informasi trade record calon tersebut. Masalahnya, calon politikus ini masih menggunakan metode 'lama' dalam penyampaian informasinya. Bahkan menjadi polusi visual dijalanan dan tidak menyediakan informasi yang kita butuhkan.
Calon pemilih potensial bagi calon politikus sekarang adalah generasi milenial. Generasi yang 'melek' teknologi dengan 'gadget' dan internet dalam genggaman tangan. Seharusnya calon politikus mulai memikirkan bagaimana caranya generasi milenial ini dapat mengenal 'Who Am I' dengan menggunakan pendekatan promosi yang berbeda, yang sesuai dengan pendekatan generasi milenial.
Disruption