Saat “upaya” diri menyerah total;
Mengalir dalam kondisi non-aktifkan pikiran-hati-dorongan gerak tubuh, membiarkan Semua unsur phisik-pikiran-hati seakan lepas
Dalam keaadaan tanpa usaha dan kehendak
Daya-daya yang berada didalam dan luar diri diterima
Tanpa upaya untuk mengatur-mengendalikan, biarkan bertingkah natural!
Hiruk pikuk datang dan pergi.
Hanya satu keinginan yang masih tersisa………keinginan ‘tuk pasrah lahir-batin,
Demi merasakan kehadiranNYA, menerima petunjuk dan gerak kehendakNYA
Berserah diri total hanya kepada Allah SWT.
Seketika rasa itu hadir,
Rasa diri yang tiada daya dan upaya, rendaaaah………
Rasa diri yang menerima apapun dariMU, tanpa syarat,
Rasa diri yang penuh pengakuan mutlak atas Kemaha Besar-an,
Kemaha Mulia-an, Kemaha Kuasa-an,
ALLAH AZZA WAJALLA.
Rasa ada aliran yang begitu perkasa merambat sekujur tubuh
Rasa lidah dzahir kelu, tenggorokan tercekat! Tak mampu bersuara dan mengucap Dengan dzahir! Walau sanubari melafazkan ayatMU Serta kalimat-kalimat yang dzikiruLLAH ditingkah suara dzahir yang parau tak beraturan,
Nyaris tanpa konsonan huruf dan kata! dipenghujung, saat tubuh dan jiwa ini tunduk patuh tak berdaya diharibaanMU, wahai Allah, wahai CINTA!
Tiba-tiba hamba tersadar!
Karena lidah yang kelu tercekat ! Suara meracau dileher meregang,
Wujud dzahir yang tak selaras dengan lafaz yang sedang berbisik pada jiwa
Jauh dikedalaman sanubari.
Ternyata, fahamku itu baru sebatas rasa dan asa,
dialam fikir dan hati Yang belum fakir,
Jauh dari sadar tentang laras geraknya dzahir dan gerak batin
‘tuk mewujud perilaku jiwa serta tubuh nan arif-santun!
Aztaghfirullah al-Aziim…….! Ampuniiiii hambaMu ini yaa Allah!
Ya Allah, berilah selalu hambaMU ini bimbingan, petunjuk serta kekuatan
Untuk mengamalkan faham menjadi wujud perilaku diri
Untuk berbuat dengan berkesadaran Insan ikhsan yang taqwa serta istiqomah
Hanya kepadaMU wahai Allah!
Karena Inilah sesungguhnya anugerahMU, “Harmony” kehidupan yang kudamba,
Wahai Allah Tuhanku, Pemilikku serta semesta alam yang Maha Agung!
Lalu,
Kubenamkan dalam-dalam tubuh dan jiwa ini dalam sujud-sujudku
Sujud yang yang ter-usik oleh tangis diri yang kotor berlumur dosa, lalai dan khilaf!
Tangisan bersuara parau,,,,,,,,,…..tanpa konsonan kata dan nada
Hanya Suara sedu-sedan, terisak dalam galaunya diri yang gundah
Akankah penerimaanMU atas jerit-ampunan dan ketakutan diri?
Wahai Allah, sang Maha Pencinta, Maha Bijaksana,
Yang Maha Penerima Taubat setiap makhlukNYA!.
Entah masih berapa panjang jalan ini harus kulalui, dengan kaki yang terantuk-antuk,
Entah berapa banyak waktu yang telah tersia-sia, manusia-manusia yang terluka.
Hanya sedikit yang hamba mulai “ketahui”, yakni...Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin!
Engkau sungguh tiada pernah meninggalku.
Hanya hambamu ini yang masih kerap kurang sadari
Bahwa PelukMu senantiasa erat dan penuh kehangatan tak terlukiskan
Dalam energy CINTAMU yang abadi.
Astaghfirullah al-azhim lil wali waali dayya
wali as-haabil huquuqil waa jibaati ‘alay-ya
wa lima syaa-i-khinaa wali ikh-waaninaa
wali jami’-il muslimiina wal muslimaat
wal mu’miniina wal mu’miaat
al-ahyaa-i minhum wal amwaat
wa atuubu ilaih.
(3 ~ 7x)
Artinya;
Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung atas segala dosa-dosaku, dan atas dosa kedua orangtuaku, dan atas dosa orang-orang yang memiliki hak kepadaku, dan atas dosa guru-guruku, dan atas dosa orang-orang yang berbuat baik kepadaku, dan atas dosa muslimin dan muslimat dan mukminin dan mukminat; baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, dan aku bertaubat kepada Allah.
di momment;
Sholat dzuhur, Selasa, 15 Juli 2008, 02:30pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H