DHENASTI KHEISA SAVANA/191241025
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menjadi ancaman serius di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Keberadaan DBD telah menjadi momok bagi masyarakat, karena penyakit ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, bahkan kematian. Tantangan dalam mengatasi DBD semakin kompleks, melibatkan berbagai faktor yang saling terkait, sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif dan terpadu.
Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu dan curah hujan, menciptakan
kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Iklim yang hangat dan lembap menjadi faktor utama dalam siklus hidup nyamuk, mempercepat proses perkembangbiakan dan meningkatkan populasi nyamuk. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko penularan DBD, karena semakin banyak nyamuk yang dapat menggigit dan menularkan virus dengue. Upaya pengendalian vektor menjadi lebih
sulit, karena nyamuk dapat berkembang biak di berbagai tempat, baik di lingkungan rumah maupun di tempat umum.
Resistensi nyamuk terhadap insektisida juga menjadi masalah serius dalam
pengendalian DBD. Penggunaan insektisida secara berlebihan dan tidak tepat dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk, sehingga insektisida tersebut menjadi kurang efektif dalam membasmi nyamuk. Nyamuk yang resisten terhadap insektisida dapat hidup lebih lama dan berkembang biak lebih banyak, sehingga meningkatkan risiko penularan DBD. Hal ini, menuntut pengembangan strategi pengendalian vektor yang
lebih efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi masalah resistensi.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya DBD dan cara
pencegahannya menjadi faktor utama dalam penyebaran penyakit ini. Kurangnya pengetahuan tentang siklus hidup nyamuk, tempat perkembangbiakan, dan cara
pencegahan membuat masyarakat kurang proaktif dalam upaya pencegahan. Masih
banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, sehingga memberikan ruang bagi nyamuk untuk berkembang biak. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung upaya pencegahan DBD, seperti membuang sampah sembarangan
dan menumpuk barang bekas, memperparah masalah penularan.
Peran kesehatan masyarakat sangat penting dalam mengatasi tantangan DBD.
Upaya pencegahan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus terus digalakkan. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan PSN, seperti membersihkan lingkungan sekitar rumah, menguras
bak mandi, dan menutup tempat penampungan air. Penerapan PHBS, seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan kelambu saat tidur, dan menghindari gigitan nyamuk, juga sangat penting dalam mencegah penularan DBD.
Sebagai kesimpulan, tantangan dalam mengatasi DBD sangat kompleks dan
memerlukan upaya multisektoral. Peran kesehatan masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Peningkatan kesadaran masyarakat, penerapan PHBS, dan PSN menjadi kunci utama dalam menekan angka kejadian DBD. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pengobatan yang
tepat juga sangat penting untuk menekan angka kematian akibat DBD. Upaya
pengendalian DBD memerlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, tenaga
kesehatan, dan masyarakat. Dengan komitmen dan kerja keras bersama, kita dapat mengatasi tantangan DBD dan menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi masyarakat.
KATA KUNCI: Demam Berdarah Dengue (DBD), Kesehatan Masyarakat, dan
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023, Demam Berdarah Dengue,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dilihat 09 September 2024,
https://www.kemkes.go.id/
World Health Organization, 2023, Dengue, World Health Organization, dilihat 09
September 2024, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue
Rigau-Prez, JG, 2006, Demam berdarah parah: perlunya definisi kasus baru, The
Lancet Infectious Diseases, 6 (5), hlm.297-302.