Lihat ke Halaman Asli

Dhedi R Ghazali

Saya hanya seorang penulis yang tidak terkenal.

Kutemukan Cinta di Jeruji Penjara

Diperbarui: 19 Maret 2016   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kutemukan Cinta di Balik Penjara


Malam semakin larut. Pendar cahaya rembulan yang pucat pasi mengguyur dinding angkuh di sekitarku. Sorot lampu di atas menara menari-nari, menyoroti setiap sudut tempat ini. Ya, inilah tempat para penjahat menghabiskan waktu untuk menebus setiap kesalahan yang pernah mereka lakukan.


Aku adalah salah satu Pegawai Negeri Sipil di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Sudah hampir dua tahun terakhir, tempat ini menjadi rumah kedua bagiku, tempat untuk meraup rizki yang dipersiapkan oleh Sang Illahi. Selama itu pula, berbagai kejadian penuh hikmah selalu menghampiri tanpa permisi.


Malam itu, sebuah kejadian tak terduga kualami. Sebuah kejadian yang mampu menampar hati dan pikiran. Sebuah kejadian yang benar-benar membuatku terhenyak dan larut dalam lautan renungan yang begitu dalam.


Seperti biasa, saat berdinas di malam hari, ada tugas untuk mengecek keadaan setiap kamar tahanan.


Kulihat jam tanganku, “Pukul 03;00 WIB!” Gumamku dalam hati.


Berbekal lampu senter dan alat control, perlahan kuayunkan kaki dengan sedikit malas memutari dinding-dinding berjeruji yang sedari tadi hanya diam. Sepi … sunyi …, yang terdengar hanyalah langkah kakiku yang bersahutan dengan suara binatang malam bernyayi riang. Satu per satu kamar kulewati, hingga pada akhirnya langkahnku terhenti di kamar B.I. Kamar ini berisi satu penghuni bernama Arif. Dia adalah salah satu tahanan di bawah umur yang terjerat kasus narkoba. Kasus obat terlarang ini memang sedang menjadi ‘trend’ di kalangan remaja.

Dari dalam kamarnya, kudengar rintihan dan isak tangis yang lirih. Rintihan itu membuat bulu di sekujur tanganku merinding. Sesekali lantunan ayat menyela dibarengi doa-doa yang terpanjat untuk Sang Pencipta.


“Rif, kamu kenapa?” tanyaku dengan nada yang kupelankan. Takut menggangu penghuni di kamar lain yang beberapa di antaranya sedang khusyu’ menjalankan salat tahajud.


“Sa … sa … saya tidak kenapa-kenapa, Pak. Ini baru saja selesai melaksanakan salat tahajud” jawab Arif sembari mengusap air mata yang membasahi mata dan pipinya.


“Kamu menangis, Rif? Ada masalah apa? Kangen dengan keluargamu, ya?’

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline