Di dunia Maya kita mengenal istilah trending topik, utamanya twitter. Twitter sebagai salah satu media sosial yang bisa digunakan oleh siapa saja untuk menuliskan berbagai keluhan yang dihadapinya. Tweet kritis dan sindiran menyebabkan kebijakan yang diambil pemerintah berubah total. Selain itu, medsos yang satu ini dapat dipakai sebagai media kampanye bagi calon bupati, gubernur, walikota, caleg bahkan presiden sekali pun. Presiden Amerika, Donal Trump telah membuktikannya ketika maju memperebutkan orang nomor satu di negeri Paman Sam tersebut.
Akan tetapi nampaknya ini berbeda di bumi pertiwi. Calon pejabat berlomba-lomba memajang fotonya di pohon. Trending topik bermetamorfosis menjadi trending pohon. Nampaknya pepohonan harus menahan 'persaigan' tidak sehat calon pemimpin di negeri ini. Sederhana saja melihat kondisi tersebut, belum berkuasa saja telah menzalimi makhluk tuhan apalagi jika menduduki singgana.
Pilkada serentak 2018 kita telah disuguhi banner, baliho, spanduk kandidat mejeng di pohon dari kota hingga daerah terpencil.
Sejatinya semua kandidat mencabut sendiri gambar yang terpaku di pepohonan. Masyarakat tentunya menantikan kampanye yang kreatif. Di era smartphone saat ini terbuka lebar pintu bagi calon bupati/gubernur membranding diri lewat media. Entah itu lewat koran, situs pribadi atau memanfaatkan blog gratisan yang berisi konten positif bukannya provokatif. Semua menunggu tulisan opini terhadap perubahan mendasar yang akan dilakukan kala terpilih nantinya.
Kita sudah bosan melihat pohon terpaku oleh oknum yang tidak mencintai sesama ciptaan tuhan. Bahkan pohon pun sebenarnya ingin menjerit dan mengutuk keras calon penguasa yang hanya mementingkan pribadi, golongan atau kelompoknya. Marilah memilih pemimpin yang sependeritaan dengan pohon yang tetap kokoh mesti tersakiti. Mudah-mudahan terpilih pemimpin yang mampu merasakan jeritan rakyat. Menegakkan keadilan seadil-adilnya. Menerapkan konsep hukum tajam keatas tumpul kebawah. Dan yang terpenting tidak alergi dengan kritikan rakyat di medsos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H