Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Melakukan Pemeriksaan Tekanan Darah, Gula Darah, dan Berat Badan Secara Rutin

Diperbarui: 29 September 2021   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pasien sedang ambil darah | Sumber: Shutterstock via health.kompas.com

Hari itu malam minggu, suasana IGD tampak ramai. Tiba-tiba datang laki-laki muda dengan paniknya membopong seorang laki-laki paruh baya yang tampaknya sedang kesakitan memegangi dadanya. 

Lelaki paruh baya itu sepertinya mengalami sesak napas. Salah seorang perawat langsung menghampiri dan melakukan penilaian awal pada pasien tersebut. Pasien segera ditempatkan di ruang triase zona merah (1). Ada apa yah dengan pasien tersebut?

Perawat kemudian melaporkan hasil penilaian awal kepada dokter. Selanjutnya dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan EKG (2) untuk merekam jantung pasien dan pemeriksaan laboratorium untuk enzim jantung (3)

Dokter pun menegakkan bahwa pasien mengalami serangan jantung. Tindakan awal dilakukan, pasien diberikan terapi oksigen dan obat untuk penanganan darurat. 

Selang 30 menit kemudian, pasien tiba-tiba pingsan. Anaknya berteriak memanggil petugas. Perawat segera menghampiri, kemudian terdengar: CODE BLUE! CODE BLUE! (4)

Jantung pasien mendadak berhenti. Dokter dan tim melakukan resusitasi jantung paru (5). Selang 10 menit kemudian, jantung pasien kembali berdetak namun pasien belum sadar penuh. 

Pasien dirawat di ruang intensif. Jika saja pasien tidak segera mendapat pertolongan awal, kejadian henti jantung tersebut bisa saja berakibat kepada kematian.

Kejadian di atas merupakan satu dari sekian banyak kasus serangan jantung yang banyak terjadi di Indonesia. 

Serangan jantung atau istilah medisnya adalah Sindrom Koroner Akut (SKA), merupakan salah satu masalah utama di Indonesia yang menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. 

Penyakit ini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia bahkan di dunia berdasarkan data WHO tahun 2019. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline