Lihat ke Halaman Asli

Ibuku (Mantan) TKI dan Aku Bangga - Part 2

Diperbarui: 21 September 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi by https://kangbudhi.wordpress.com/2015/03/13/ibu-aku-sayang-padamu/"][/caption]

 

Hidup berdua dengan ayah saya awalnya memang kurang menyenangkan, mungkin karena ayah saya tipikal bapak-bapak yang cuek dan hampir sifat-sifat saya meniru dari sifat ayah saya. Lama kelamaan saya mulai menikmati kebebasan yang saya punya, tidak ada yang mengontrol kehidupan saya apakah saya sudah makan, bagaimana sekolah saya, bahkan sekedar untuk mengingatkan beribadah juga tidak ada. Ayah saya terlalu repot bekerja, berangkat selalu pagi-pagi sekali saat saya belum bangun dan hanya meninggalkan uang saku untuk saya di meja kamar bahkan tidak jarang pula ayah pulang larut malam. Saya hanya menebak mungkin saat itu ayah saya merasa kesepian tidak ada ibu di rumah sehingga terobsesi bekerja keras untuk membunuh sepi.

Keseharian sayapun juga biasa saja, pagi berangkat ke sekolah lalu siang sepulang sekolah bermain dengan teman-teman sampai magrib menjelang. Dua tahun berlalu ibu saya pulang selama satu bulan karena mengambil cuti. Saya tidak tahu apa yang saya rasakan ketika ibu saya pulang karena saya merasa terbiasa tidak ada sosok seorang ibu yang mendampingi saya. Yang saya tahu ayah saya sangat gembira dengan kepulangan ibu, maklum saja biasanya ayah sehari-hari menampakkan wajah galaknya tapi saat itu ayah terlihat sumringah. Tetapi sayapun juga merasa senang karena ibu saya membawakan banyak mainan, pakaian dan juga makanan enak. Kata ibu saya kebanyakan mainan dan pakaian yang dibawa adalah milik anak majikan ibu yang sudah dibuang dan tidak terpakai, kebetulan anak sulung majikan ibu saya tidak jauh beda umurnya dengan saya. Lantas saya berpikir kalau orang-orang di Taiwan sana kaya-kaya, mainan dan pakaian yang masih bagus saja dibuang (pikiran anak usia 10 tahun, padahal gak semua orang Taiwan kaya).

Kami semua memang bergembira bisa melepas rindu, tapi tidak dengan ibu saya. Ibu saya merasa sedih karena adik saya yang sudah berumur 2 tahun tidak mau digendong oleh ibu. Adik saya menganggap bahwa ibu adalah orang asing, bahkan dia mengangis kencang saat ibu memaksakan untuk menyentuhnya. Adik saya memang terlalu kecil waktu ditinggal pergi ibu saya, diapun juga pasti tidak ingat wanita yang melahirkannya itu. –continued-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline