Konsep Pemuda
Konsep pemuda bersifat cair. Adanya beragam perspektif membuat gagasan tentang pemuda menjadi sangat kompleks. Istilah "pemuda" secara normatif merujuk pada orang yang berusia antara 16-30 tahun yang sedang memulai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang penting. Secara sosial, pemuda dapat didefinisikan sebagai orang yang berkembang secara mandiri dan terintegrasi ke dalam masyarakat. Kenneth Kenniston, dalam bukunya yang berjudul Youth of Society mendefinisikan masa muda sebagai periode antara masa kanak-kanak dan dewasa ketika seseorang berjuang untuk menjadi mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Konsep Kekerasan
Kekerasan memiliki korelasi dengan perilaku agresi. Agresi dimaknai sebagai setiap tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara verbal, fisik, atau psikis. Perilaku agresi termanifestasi ke dalam bentuk gagasan, perasaan, dan perbuatan. Sementara itu, kekerasan didefinisikan sebagai perilaku agresi dengan maksud untuk melukai, menyakiti, atau bahkan membunuh orang lain. Kekerasan berbeda dengan agresi. Ketika seorang pemuda menyebarkan rumor di kalangan teman sebayanya, tindakan tersebut bukan merupakan kekerasan. Namun apabila pemuda tersebut memukul, menendang, atau menikam teman sebayanya maka perbuatannya tersebut dapat dikatakan sebagai kekerasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua tindak kekerasan bersifat agresif, tetapi tidak semua perilaku agresi adalah kekerasan.
Kekerasan terbagi ke dalam empat kategori. Pertama, kekerasan berupa penganiayaan fisik, misalnya pemukulan dan pengeroyokan. Kedua, kekerasan seksual reproduksi, berupa serangan fisik dan psikologis untuk merusak organ reproduksi dan melakukan aktivitas yang merendahkan atau mempermalukan seseorang yang ditujukan pada pengalaman seksualnya. Ketiga, kekerasan psikologis, meliputi penyerangan terhadap harga diri, penghinaan, perilaku mempermalukan, upaya menanamkan rasa takut dan teror dalam segala manifestasinya, termasuk kata-kata kasar, ancaman, penghinaan, dan bentuk-bentuk kekerasan yang berdampak pada pikiran, seperti ketelanjangan dan pemerkosaan. Keempat, agresi yang disebabkan oleh deprivasi, misalnya penelantaran anak dan keterpisahan dari pemenuhan kebutuhan dasar.
Pemuda dan Kekerasan
Pemuda sebagai agent of change memiliki kapasitas untuk memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat berkat kekuatan fisik dan intelektual mereka. Idealisme tinggi yang menjadi ciri kaum muda pada umumnya sangat menjanjikan bagi perkembangan peradaban manusia. Namun sayangnya, pemuda masa kini tampaknya tidak memiliki banyak karakteristik kepemudaan. Pemberitaan negatif mengenai pemuda seringkali dengan mudah kita jumpai. Keadaan ini merupakan sebuah anomali. Bagaimana tidak? Alih-alih menjadi tumpuan harapan bagi masa depan bangsa, banyak pemuda justru terlibat dalam beberapa insiden kekerasan dan kegiatan kriminal lainnya.
Menurut teori fakta sosial, kehidupan manusia sesungguhnya dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat eksternal namun mengikat dalam bentuk aturan dan cara bertindak yang dianggap baik atau benar oleh masyarakat secara kolektif. Terkait hal ini, pemuda tidak lepas dari nilai dan norma yang mengatur kehidupannya. Adanya kontrol melalui nilai dan norma di satu sisi menyebabkan terciptanya pola interaksi yang dinamis dan membentuk keteraturan. Namun di sisi lain, adanya pembatasan dan aturan yang mengekang dapat menimbulkan resistensi. Pada akhirnya resistensi dapat berujung pada aksi perlawanan maupun pembangkangan terhadap nilai dan norma kolektif yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang. Salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pemuda adalah kekerasan.
Pemuda dan Kekerasan: Potret Kesalahan Pola Asuh Orang Tua
"Menjadi orang tua adalah hal yang sulit." Mungkin kita sudah tidak asing dengan kalimat tersebut, terdengar klise namun begitulah adanya. Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama dan utama memikul beban berat dalam mereproduksi nilai kultural dan sosial kepada setiap anggotanya. Lingkungan utama setiap orang adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat belajar pertama kali panak sebelum mereka menjadi bagian dari lingkungan yang lebih besar. Oleh karena itu anak-anak akan terlebih dahulu menyerap aturan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk menjadi bagian dari kepribadian mereka sebelum mempelajari standar dan nilai-nilai masyarakat.
Keluarga memegang peranan sentral dalam meningkatkan atau mengurangi risiko kekerasan yang dilakukan oleh pemuda. Meskipun keluarga bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan seorang pemuda berperilaku menyimpang, namun keluarga khususnya orang tua memiliki andil besar dalam proses perkembangan kepribadian dan penanaman nilai-nilai moral terhadap setiap anggotanya. Salah satu aspek yang menjadi penyebab utama timbulnya perilaku kekerasan oleh pemuda adalah kesalahan pola asuh yang dilakukan orang tua.