"kita tidak membutuhkan banyak barang untuk hidup bahagia."
Dalam dunia yang semakin konsumtif, keinginan untuk memiliki banyak barang sering kali disalahartikan sebagai tolok ukur kebahagiaan.
Fumio Sasaki, seorang mantan editor yang beralih menjadi penganut gaya hidup minimalis, membuktikan sebaliknya dalam bukunya Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang.
Buku ini bukan hanya sekadar panduan mengurangi barang, tetapi juga eksplorasi mendalam tentang bagaimana minimalisme dapat membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Sedikit barang, sedikit stres!
BukuGoodbye, Things mengisahkan perjalanan Sasaki dalam mengubah hidupnya dari seseorang yang dikelilingi oleh benda-benda yang tidak esensial menjadi seseorang yang memiliki ruang hidup yang lebih lapang, baik secara fisik maupun mental.
Dalam bukunya, Sasaki menyoroti bahwa barang-barang yang kita miliki sering kali membebani kita secara emosional dan psikologis. Dengan menyingkirkan barang yang tidak benar-benar diperlukan, kita dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, seperti pengalaman, hubungan, dan kebebasan diri.
Sasaki membagikan beberapa prinsip minimalisme yang dapat diterapkan oleh siapa saja, termasuk:
1. Mengurangi barang secara radikal untuk menyadari bahwa kita tidak membutuhkan sebanyak yang kita kira.
2. Memprioritaskan pengalaman dibandingkan kepemilikan.