Tahun 1998 menjadi titik balik sejarah Indonesia. Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara menghantam negeri ini dengan dahsyat.
Nilai tukar rupiah anjlok drastis, inflasi meroket hingga 77,6%, dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan meruntuh.
Di tengah badai krisis yang begitu dahsyat, tongkat estafet kepemimpinan beralih ke tangan Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang insinyur penerbangan yang dikenal dengan pemikiran rasional dan inovatif.
Sebagai seorang teknokrat, Habibie memiliki pendekatan yang sistematis dalam menghadapi krisis.
Ia sadar betul bahwa krisis ekonomi bukan hanya sekadar masalah angka-angka, melainkan juga masalah struktural yang mendasar.
Dengan visi yang jelas, Habibie merancang serangkaian kebijakan yang berani dan terukur.
Reformasi Struktural: Fondasi Kebangkitan Ekonomi
Salah satu langkah strategis yang diambil Habibie adalah melakukan reformasi struktural. Ia membuka kran investasi asing, melakukan privatisasi BUMN, dan memberikan otonomi yang lebih luas kepada daerah.
Kebijakan-kebijakan ini memang kontroversial, namun terbukti efektif dalam jangka panjang. Habibie percaya bahwa reformasi adalah kunci untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Reformasi harus dilakukan secara menyeluruh, tidak setengah-setengah." Bj. Habibie.
Stabilisasi Ekonomi: Menjinakkan Inflasi dan Menguatkan Rupiah
Selain reformasi struktural, Habibie juga fokus pada stabilisasi ekonomi.