Lihat ke Halaman Asli

Choirunnisa

TERVERIFIKASI

mengurus rumah tangga

Paylater, Nyata Manfaatnya atau Sekadar Ilusi Belaka?

Diperbarui: 9 September 2024   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: freepik.com/rawpixel.com 

"Pada Juli 2024, kredit paylater melonjak 36,66% mencapai Rp18,01 triliun."

Dalam beberapa tahun terakhir, layanan paylater atau bayar nanti telah meraih popularitas yang signifikan. Konsep ini memungkinkan konsumen membeli barang atau jasa sekarang dan membayar di kemudian hari, sering kali dalam bentuk cicilan. 

Apakah paylater benar-benar memberikan manfaat yang diharapkan atau hanya ilusi dengan risiko yang tersembunyi? 

Kemudahan akses dan kenyamanan

Daya tarik utama dari paylater adalah kemudahan yang ditawarkannya. Ini sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan barang atau jasa dengan cepat tetapi belum memiliki dana yang cukup. 

Menurut studi dari Consumer Financial Protection Bureau (2022), paylater telah membantu banyak orang memenuhi kebutuhan mendesak tanpa harus bergantung pada kartu kredit yang sering kali memiliki bunga tinggi.

Namun, kemudahan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Dr. Daniel Kahneman, dalam bukunya Thinking, Fast and Slow (2011), mengingatkan bahwa kemudahan berbelanja tanpa langsung membayar dapat memicu pembelian impulsif. 

Penelitian dari University of Pennsylvania (2020) menunjukkan bahwa 40% pengguna paylater sering membeli lebih banyak barang dibandingkan jika mereka harus membayar di awal. 

Dengan kata lain, meskipun paylater menawarkan kenyamanan, ia juga berpotensi mendorong kebiasaan belanja berlebihan.

Pengelolaan keuangan dan risiko utang

Paylater dapat membantu dalam pengelolaan arus kas jangka pendek. Dengan layanan ini, setiap orang bisa menunda pembayaran dan menggunakan uangnya untuk kebutuhan mendesak lainnya. 

Laporan dari The World Bank (2021) mengungkapkan bahwa skema cicilan tanpa bunga seperti paylater bisa bermanfaat bagi kelompok berpenghasilan rendah atau pekerja lepas untuk menstabilkan kondisi keuangan mereka, terutama di masa ketidakpastian ekonomi.

Namun, risiko utang juga tidak bisa diabaikan. Laporan dari Financial Industry Regulatory Authority (FINRA) menunjukkan bahwa banyak pengguna yang gagal membayar cicilan tepat waktu, yang menyebabkan biaya penalti dan bunga yang tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline