Lihat ke Halaman Asli

Dhe Wie S

Kang Baca Tulis

Pencemburu_Gelap Mata

Diperbarui: 30 September 2023   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Lyn, temui aku di tempat biasa, ya? Kamu tahu, kan, aku udah nggak bisa main ke rumah karena ibumu nggak suka sama aku," pinta Lexi padaku di ujung telepon.

"Iya, Lex," jawabku singkat.

Sebenarnya, aku pun sudah tidak suka dengan sikapnya. Dia terlalu posesif. Semenjak jalan dengannya, aku tidak bisa lagi berteman dengan pria lain. Terutama jika sedang bersamanya, berbalas pesan atau telepon dari orang lain pun dia selalu menyelidik.

Awal pertemuan dengan Lexi itu ketika aku masih duduk di kelas tiga SMK, dikenalkan oleh sepupuku. Kami jadi sering bertukar cerita melalui pesan dan telepon. Hingga suatu hari, aku mengalami kecelakaan motor. Motor yang kukendarai saat ingin menyalip sebuah angkutan umum dari sisi kanan, tiba-tiba terlihat mobil lain melaju cukup kencang dari arah berlawanan. Setang motor kubelokkan ke arah kiri guna menghindari. Namun, naas motor terjatuh dan terseret, hingga aku langsung tidak sadarkan diri.

Lexi adalah orang pertama yang menolong dan membawaku ke klinik terdekat. Aku dirujuk ke rumah sakit, karena selain tungkai kaki dan tangan kiri terluka cukup parah, kepalaku harus mendapatkan empat jahitan. Lexi selalu menemani. Dia juga yang pertama kali menghubungi orang tuaku. Lexi memang manis, begitu juga dengan perhatiannya, terlebih setelah kecelakaan yang kualami. Pada akhirnya membuatku merasa berhutang budi.

Mama awalnya memang tidak melarang Lexi mengunjungiku di rumah, semenjak kecelakaan itu. Namun, lama-kelamaan hampir tiap hari Lexi datang yang membuat Mama risih.

Akan tetapi, pada akhirnya kami pacaran secara diam-diam. Aku berhubungan dengannya dari kelas tiga SMK sampai aku sudah berstatus karyawan pabrik. Selama itu dia ke rumah hanya bisa hitungan jari dalam satu bulan.

Aku yang baru bekerja satu tahun sebagai karyawan pabrik membuat Mama tidak terlalu mengekangku untuk sebuah pertemanan dengan lawan jenis selama tidak berlebihan.

Namun, belakangan ini Mama memperingati agar aku tidak terlalu dekat dengan Lexi. Entah apa yang ada dalam pikiran Mama pada Lexi. Hanya saja, sebagai seorang ibu nalurinya merasakan Lexi itu bukan cowok baik-baik.

Hubunganku dengannya sudah berjalan hampir tiga tahun. Hanya saja, satu tahun belakangan ini aku merasa seperti sedang memenuhi kebutuhan Lexi. Mulai dari membelikannya lintingan tembakau sampai mengisi bensin untuk motornya. Setiap kami sedang di luar, aku yang membayar untuk segala makannya. Aku seperti menjadi uang berjalan bagi Lexi. Sedangkan, dia hanya bekerja sebagai penjaga rental game online, itu pun milik temannya.

"Lyn, ada tempat makan baru, kata temanku di sana kopinya enak. Kenapa nggak bawa motor?" tanya Lexi padaku yang datang dengan berjalan kaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline