Lihat ke Halaman Asli

Dhe Wie S

Kang Baca Tulis

Demi Ibu

Diperbarui: 20 September 2023   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt


Aku ingin menikah dengan Amar karena memiliki kriteria sesuai harapan ibu. Pria mapan, perhatian, penampilannya sederhana dan pintar. Amar anak tunggal dari Bu Saidah, beliau teman dari ibuku.

"Oia, Ibu hampir lupa, kemarin ketemu Bu Saidah waktu arisan di Taman Matahari, Amar yang mengantar. Titip salam katanya buat kamu," ujarnya padaku.

"Oh iya Bu. Minggu ini Amar mau main juga ke rumah. Nggak apa-apa kan, Bu?" Aku tersenyum malu pada Ibu.

"Ya sudah nggak apa-apa kok, main saja kesini." Ibu membalas.

***

Amar denganku memang belum lama kenal, pertemuan kami pun tanpa disengaja. Saat itu, ibu meminta antar padaku ke rumah Bu Saidah. Akhirnya, aku dan Amar berkenalan.

Hari itu, sepertinya memang ada campur tangan dari Ibu dan juga Bu Saidah agar kami bisa bertemu. Kini, enam bulan sudah aku dengan Amar berpacaran. Kami bertemu hanya di waktu libur kerja saja. Kesibukan masing-masing yang masih jadi penghalang bagi kami untuk menghabiskan waktu bersama.

Amar bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa, tepatnya bagian Desainer Visual. Membuat dirinya selalu dikejar deadline yang mengharuskan lembur hampir setiap hari.
 
Setiap apa yang sedang dia kerjakan selalu saja laporan padaku, bahkan desain yang dia buat pun sering di kirim melalui WA, hanya untuk sekedar minta pendapat dariku, sebagai konsultan desain.

***

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," jawabku sambil membukakan pintu. Sesuai janjinya Amar datang berkunjung ke rumahku di hari Minggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline