Siang itu sekitar pukul 14.00, Puskesmas Tangkura di Poso Pesisir Selatan mendadak ramai. Kaum paruh baya dan lansia sudah hadir, bahkan ada yang mengaku pukul 13.00 sudah di sana. Datang dari sekitar 4 dusun yang terdekat dari Puskesmas, mereka berbondong-bondong memeriksakan diri untuk urusan kesehatan. Sebenarnya, undangan pemeriksaan kesehatan ini hanya untuk mereka yang diundang saja, yakni sekitar 30-an orang. Namun kata-kata undangan yang menyebut dengan kata "gratis" membuat yang tidak masuk dalam daftar undangan menjadi tamu dadakan.
Sebenarnya tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk para paruh baya dan lansia yang sudah terkena asam urat kelas berat. Mereka akan diteliti seberapa parahnya penyakit asam urat mereka. Namun, di balik perkiraan kami ternyata tidak hanya yang sudah divonis terkena asam urat oleh Puskesmas tetapi mereka yang belum mendapat ketuk palu asam urat mengaku terkena asam urat. Sebuah persoalan muncul mengapa mereka tetiba memvonis dirinya terkena asam urat?
Usut punya usut, sebenarnya sebagian besar dari warga Desa Tangkuran adalah penderita asam urat dengan tingkatan yang berbeda. Ada yang baru gejala, hingga sampai ada yang tak bisa lagi bergerak karena bagitu parahnya. Kejadian ini menarik untuk diteliti, sebab sebenarnya apakah yang terjadi sehingga asam urat ini begitu masif menyerang kaum paruh baya dan lansia.
Awalnya mereka tidak merasakan gejalan awal asam urat. Jika persendian sakit atau kaku mereka mengira hanyalah kelelahan saja, namun lama-kelamaan jika tak tertahankan baru datang ke Puskesmas periksa dan minta obat. Asam urat bak penyakit yang biasa bagi mereka, bahkan usia produktif sudah menunjukkan gejala-gejala terkena serangan asam urat.
Secara medis asam urat adalah gout arthritis yakni penumpukan kristal asam urat di persendian tulang. Penyakit ini muncul karena konsumsi protein yang cukup tinggi dan ginjal tak mampu membuang sisa metabolisme itu dalam air seni/urin dengan baik. Akibatnya protein tersebut tertimbun dan menjadi kristal-kristal asam urat di persendian tubuh. Penyebab utama adalah faktor keturunan, sebab ada gen-gen tertentu yang mampu mengkode untuk mengonversi protein purin menjadi urea namun tak bisa berjalan dengan semestinya.
Faktor penyebab asam urat adalah konsumsi makanan yang kaya akan protein, seperti daging merah, kacang-kacangan dan dedaunan. Konsumsi alkohol sebenarnya tidak berpengaruh pada asam urat, tetapi bisa menjadi pemicu munculnya asam urat. Saat tubuh hendak mengubah asam urat menjadi urea akan terganggu fungsinya karena masuknya alkohol yang harus diubah menjadi asam laktat, maka menumpuklah asam urat yang belum dikerjakan.
Orang Sulawesi yang terkenal dengan pesta-pesta yang hampir setiap saat ada. Dalam pesta selalu disajikan makanan yang kaya protein, terutama beraneka jenis daging. Usai pesta akan ditutup dengan minum saguer atau minuman beralkohol dari fermentasi nira kelapa. Budaya tetaplah budaya yan tidak bisa ditolak atau dipungkiri. Bermacam jenis daging dan alkohol menjadi konsumsi saban hari, tidak peduli tua atau muda bahkan anak-anak sudah terbiasa akan hal itu.
Dari sisi genetis penyakit asam urat akan diturunkan pada generasi berikutnya. Banyak orang Sulawesi yang menikah dalam satu suku walau berbeda marga. Bahkan dalam satu dusun terjadi perkawinan silang yang begitu banyaknya. Jika dalam satu dusun ada beberapa gen pembawa penyakit asam urat, makan dalam jangka waktu tertentu generasi satu dusun bisa terkena asam urat dan itu yang terjadi saat ini. Cara memutus asam urat yakni dengan mengubah genetis keturunan berikutnya atau cara paling mudah menjaga pola makan dan gaya hidup.
Singkat kisah pasien yang ditargetkan hanya 30 orang pun membeludak dan tumpah ruah. Pemeriksaan yang dijadwalkan dari pukul 14.00 hingga 16.00 harus menambah jam kerja menjadi 19.00. Bukan perkara mudah berhadapan dengan penyakit ini karena sudah begitu menyerang sebagian besar warga di sini. Namun yang membuat sedikit bersemangat adalah antusiasme warga yang ingin mengetahui kondisi kesehatannya dan mencari solusi dari penyakitnya.
Pemeriksaan yang gratis ini membuat warga berduyun-duyun datang. Biasanya untuk satu parameter uji, seperti; asam urat, kadar gula dan kolesterol dikenakan biaya Rp 30.000,00 oleh petugas kesehatan. Tapi dalam kesempatan ini tidak dipungut biaya apa pun dengan 5 parameter pemeriksaan. Walau hanya mengetahui kondisi kesehatan, para warga sangat puas dan berterima kasih. Jika ada yang kesehatannya terganggu, petugas medis langsung merujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pengobatan.
Hampir semua rerata memiliki kadar kolesterol, gula dan asam urat di atas ambang normal. Hari-hari ini warga di sini usai pesta lebaran dan sebentar lagi ucapan syukur. Yang pasti, akan selalu tersedia makanan melimpah seperti daging dan saguer. Dalam arahannya berkaitan dengan daging dan alkohol masih terasa sulit untuk mereka tinggalkan karena sudah menjadi bagian dalam hidupnya, kembali dalam persoalan budaya.