Lihat ke Halaman Asli

Dhanang DhaVe

TERVERIFIKASI

www.dhave.id

Menelusuri Lukisan Prasejarah di Kandang Kerbau

Diperbarui: 13 November 2018   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukit celau Tengah yang terdapat gua kandang kerbau (dok.pri).

Sekitar 2000 tahun yang lalu, sebuah sejarah besar tertoreh dari dalam kandang. Waktu itu lahir seorang anak yang nantinya akan memiliki pengikut terbanyak di muka bumi ini. Yesus, lahir di sebuah kandang domba. Sebentar lagi mungkin, sejarah kecil itu juga akan lahir dari sebuah kandang kerbau yang jauh lebih lama dari Yesus.

Deretan bukit barisan dari Lampung hingga Aceh menyimpan rahasian besar dari masa lampau yang belum terkuang. Bukit-bukit batu gamping itu menyimpan banyak misteri. Belum lama ini, bukit gamping di Kalimantan Utara tercetak dalam sejarah jurnal Nature. Ada lukisan cadas di dalam gua yang merupakan peninggalan prasejarah. Jauh sebelum di Kalimantan ditemukan, gua Leang-leang Sulawesi Selatan juga ditemukan lukisan berumur 40 ribu tahun.

Lukis cadas di Gua kerbau (dok.pri).

Saya berdiri di bawah bukit yang diberi nama Celau Tengah. Celau artinya bukit gamping, dan tengah karena berada di antara beberapa bukit. Demikian orang Napal Melintang di Sarolangun Jambi memberi toponimi. Berada di Kars Bukit Bulan, Celau tengah berdiri dengan megah.

Saya bersama tim peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan menyambangi bukit ini karena ada temua prasejarah. Bersama Mas Rully selaku ketua riset kami diajak masuk di Gua Kandang Kerbau. Sepintas aneh, ada gua yang diberi nama kandang.

Kerbau yang biasa dilepas liarkan (dok.pri).

Di Napal Melintang, penduduk memelihara kerbau yang dilepas liarkan. Kerbau-kerbau ini menjelang sore hari akan pulang ke kandang. Kandang kerbau di sini ada yang berwujud banguan, ada juga yang masih memakai lorong-lorong gua. Lorong gua yang dipakai tempat tinggal kerbau diberi nama Gua Kandang Kerbau. Tidak terbayangkan, jika kandang dari lorong gua ini menyimpan peninggalan prasejarah.

Lorong gua kandang kerbau (dok.pri).

Kami berjalan menyusuri jalan kerbau yang mengarah ke mulut gua. Pintu gua yang lebar dan di dalamnya cukup luas dan cukup menampung 10 - 20 ekor kerbau. Tidak seperti kandang pada umumnya, di kandang kerbau tidak ada kotoran kerbau dan bau busuk layaknya kandang. Kerbau memiliki perilaku tidak mau membuang kotoran di dalam kandangnya sendiri.

Di sebuah dinding di ketinggian 3,5 m terdapat lukisan gua dengan corak hitam. Sepintas mata saya menerjemahkan sebagai seekor burung, burung merak tepatnya. Pola ekor yang panjang mirik dengan merak. Benang merah yang bisa saya tarik mengapa melukis merak, burung ini mudah diingat dan dilukis dan berciri khas. Sisi lain, burung ini masih ada di hutan di sekitar sini.

Warna lukisan di sini berbeda dengan yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, karena di sana menggunakan bahan oker sejenis tanah liat berwarna merah. Di sini, lukisan berwarna hitam dan belum disimpulkan dari bahan apa. Menjadi pertanyaan saya, apa benar ini lukisan prasejarah?

Saya mengintup lukisan tersebut dengan kaca pembesar. Lukisan tersebut sudah ditimpa oleh lichens atau lumut kerak. Bisa saja ini lukisan lama, tetapi tidak tahu kapan tepatnya umur lukisan ini. Persoalan itu kapan dilukis, hanya hasil riset yang bisa menjawab. Sedikit sampel diambil untuk dianalisis guna mengetahui umur lukisan melalui Carbon 14. Dengan menghitung paruh waktu, bisa diperkirakan usia dari bahan lukisan tersebut.

Vandalims modern di beberapa gua di Celau Tengah (dok.pri).

Saya terkesima bukan dengan dengan temuannya, tetapi tempat temuannya. Sebuah kandang kerbau menjadi saksi bisu masa lalu. Jika ini benar perbuatan manusia prasejarah, bisa dipastikan akan lahir sejarah baru dari sebuah kandang di Indonesia. Mungkin kandang kerbau akan masuk dalam jurnal kelas dunia, nature, national geographic, dan yang pasti sejarah dunia akan mencatat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline