Datanglah seorang lelaki paruh baya. Dengan muka memelas dia menawarkan batu permata. "Ini mas, sebuah 25 ribu, jika beli 3 cukup bayar 60 ribu" tawarnya dan saya mengiyakan saja. Tak seberapa lama, datanglah lelaki yang menawarkan "mas ini 3 biji bayar 50 ribu saja" lalu saya beli lagi. Sekali lagi saya membeli saat ada yang menawarkan batu seharga 10 ribu per bijinya. Pengalaman pertama menjelajahi Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.
Bagimana kabar para pecinta batu mulia-akik. 3 tahun yang lalu, masyarakat sempat gempar dan heboh gegara demam batu akik. Dari warung kopi, ruangan kantor, sampai kabin pesawat ada saja yang membicarakan tentang batu akik. Bagiamana sekarang gaung batu akik, sepertinya semakin lirih, sayup-sayup terdengar bahkan ada yang hening.
Trend batu akik saat ini sedang terbenam, nyaris tenggelam karena masa yang berlalu. Di balik pamor yang mulai pudar, ternyata di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat masih saja banyak penggemar batu akik yang berburu. Mereka adalah pecinta sejati, bahkan mengaku dirinya adalah kolektor.
Pagi itu saya diajak ikut mengulik tentang pasar batu mulia terbesar di Kalimantan, mungkin satu-satunya di Indonesia. Terdapat 87 kios atau toko yang menjual batu permata, baik yang sudah jadi atau masih dalam wujud bongkahan. Batu yang dihargai ribuan hingga jutaan, bahkan ada yang berbisik harganya mencapai miliaran rupiah.
Saya tidak bisa membayangkan, berapa jika semua aset jualan ini diuangkan, mungkin bisa mencapai triliunan rupiah. Tidak hanya batu mulia, tetapi beragam kekayaan Kalimantan Selatan juga diperdagangkan. Ada beberapa toko yang hanya menjual batu mulia. Beberapa toko ada yang menjual batu mulia sekaligus makanan khas kalimantan. Ada juga yang menjual kain batik sasaringan, pernak-pernik khas suku dayak.
Dibutuhkan kecermatan dalam membeli di sini dan pastikan tidak terburu-buru, terlebih dengan bujuk rayu. Pedagang batu mulia asongan akan mengintimidasi pembeli terlebih mereka yang datang dari luar. Pertama mereka akan menawarkan batu dengan harga tinggi, jika mereka berhasil menjual makan akan datang pedagang lain dan menawarkan dengan harga yang sedikit lebih rendah, begitu seterusnya.
Kejelian dan kehati-hatian sangatlah penting. Inilah menarik dan tantangan berbelanja di sini. Ada jalinan komunikasi yang manarik, tawar menawar yang impresif hingga acapkali berkahir dengan ketidak sepakatan. Ada pula mereka yang main hajar saja begitu mendapat barang yang diingunkan. Entah sudah berapa banyak red bornea di saku saya yang saya beli dari harga 25 ribu sampai 10 ribu perbuahnya. Di kios paling ujung yang nampak sepi, saya melihat sebuah baskom bertuliskan "red borneo Rp 5.000,00" , "ah sialan" gerutu saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H