Lihat ke Halaman Asli

Dhanang DhaVe

TERVERIFIKASI

www.dhave.id

Kecenderungan Manusia: Memberikan Sangkar Emas kepada Satwa Liar

Diperbarui: 13 Februari 2017   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan di kebun binatang, Bangkok-Thailand, seorang dengan buaya yang sudah dibiasakan untuk pertunjukan (dok.pri).

Suatu hari saya berkunjung ke sebuah kebun binatang di Bangkok-Thailand. Saya diajak melihat pertunjukan sirkus di kandang buaya. Setahau saya, buaya adalah binatang liar, tetapi di tangan para pawang dijadikan boneka mainan. Awalnya mengerikan dan menegangkan, saat kepala pawang dimasukan ke dalam mulut buaya. Saya baru menyadari jika buaya-buaya ini sudah dikondisikan dalam situasi demikian sehingga tidak lagi seperti buaya di alam liar. Domestifikasi menjadi kunci bagaimana hewan liar manjadi jinak.

Hewan liar yang sudah dijinkan sehingga bisa diajak berinteraksi tanpa membahayakan manusia (dok.pri).

Bisa membayangkan jika hidup kita bak di tengah-tengan alam liar Afrika atau Amazone dengan hewan-hewan liar nan buas. Bisa saja kehadiran kita di tengah-tengah hewan liar akan membuat mereka ketakutan atau malah menjadi mangsa empuk bagi para predator. Mungkin binatang piaraan yang sekarang ada di tengah-tengah kita awalnya adalah hewan-hewan liar dan buas.

Menurut arkeolog, hewan liar pertama yang dijinakan adalah anjing. Manusia pada masa pleistosen akhir sudah mendomestifikasi anjing menjadi binatang piaraan. 15.000 tahun yang lalu serigala berhasil dijinakan dan menjadi patner hidup manusia. Domestifikasi hewan adalah upaya menangkap, menjinakkan, memelihara, membudidayakan hewan liar menjadi binatang piaraan. Tujuan dari domestifikasi bermacam-macam, ada yang sekedar sebagai binatang piaraan, pemenuhan kebutuhan pangan, membantu pekerjaan manusia, penjaga, dan lain sebagainya.

Hewan dihabitatnya yang masih ada kompetisi dan hukum rimba (dok.pri).

Tercatat sudah banyak sekali hewan yang sudah diubah perangainya oleh manusia menjadi binatang piaraan. Hewan penjaga seperti anjing, sudah diperolah banyak ras dan jenis. Kucing sebagai binatang piaraan juga sudah memiliki ras, peranakan hingga perkawinan silang. Dahulu sapi adalah hewan liar, tapi kini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sebagai sumber susu dan daging. Kuda yang dahulu adalah hewan liar dengan tenaga dan kecepatan larinya berhasil didomestifikasi sebagai sarana trasportasi dan membantu pekerjaan di ladang.

Ide manusia acapkali tidak berkesudahan berkaiatan dengan kegemaran memelihara binatang. Acapkali manusia berusahan menjinakan hewan-hewan liar agar bisa dipelihara dan bisa hidup bersama dengan manusia. Sebut saja luwak (Paradoxurus sp) yang sebelumnya adalah hewan liar kini menjadi binatang piaraan yang eksotis. Beragam jenis ular tidak berbisa juga sudah menjadi bagian hidup dari manusia, padahal sebelumnya bisa dikatakan sebagai musuh bebuyutan.

Burung nuri yang baru saja ditangkap harus dijinakan terlebih dahulu agar mudah dipelihara (dok.pri).

Tanpa disadari acapkali kehadiran binantang piaraan menjadi bumerang bagi manusia. Zoonosis atau penyakit yang disebabkan oleh binantang. Mungkin saja binatang bukan sumber penyakitnya, tetapi menjadi vektor atau agen pembawanya. Sebut saja burung-burung kicauan, bisa saja setiap saat menjadi sumber malapetaka dengan menularkan virus flu burung. Kucing yang lucu bisa menjadi musibah karena menjadi agen toxoplasma yang menjadi momok bagi ibu hamil. Banyak penyakit atau parasit yang ada pada binatang dan menjadi ancaman bagi manusia. Inilah sisi buruknya binatang piaraan terlebih jika kurang baik perawatan dan pemeliharaannya.

Ancaman saat ini adalah semakin maraknya usaha domestifikasi hewan liar. Sepertinya kesejahteraan hewan liar bakalan terancam, meskipun kebutuhan pakan dan hunian akan terjamin. Mungkin seperti dalam lagu "Hatiku Bagai di Sangkar Emas" oleh Deddy Dores di mana hewan akan lebih sejahtera di alamnya. Yang pasti ada sisi positif dan dampak negatifnya, dan hendaklah kita bijak.

Nuri yang sudah jinak dan terlatih, mungkin dalam benak mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline