[caption caption="Terik matahari dan dinginnya kubangan tak dihiraukan demi mencari harta tersembunyi di Martapura (dok.pri)."][/caption]
Entah berapa kali pak Iwan mencedok bebatuan dari dasar kubangan lalu mengayaknya dalam wajan besar. Matanya begitu jeli mencari butiran-butiran batu mulia dan berharap mendapat intan. Selain batu mulia yang diburu, pirit-pirit emas juga dicari untuk mengadu peruntungannya. Sepertinya hari ini dia nampak sumringah, walau taka da butiran intan yang tersangkut ada serbuk-serbuk emas dalam balutan pasir hitam yang tersaring. Martapura benar-benar ladang harta karun, dan tambang cempaka adalah salah tambatan asa itu. Datsun Risers Expedition mengajak para risers untuk melihat langsung bagaimana para penambang dan pendulang harta terpendam itu mempertaruhkan rejeki dan keringatnya.
Kulit mengelupas, teriknya matahari, wajah yang terbakar, dan dinginnya lumpur tak dihiraukan oleh sejumlah penambang di kecamatan Cemapaka-Martapura. Mereka tergabung dalam kelompok-kelompok penambang yang menyewa lahan untuk digali demi mendapat butiran intan atau serbuk-serbuk emas. Satu kelompok terdiri dari 8-20 orang.
Para Gurandil (penambang) berkerja dari pukul 08.00-16.00 untuk mengaduk-aduk dasar kubangan demi mencari sebongkah berlian jika beruntung. Berbeda dengan Tambang modern yang melakukan kajian ilmiah untuk daerah yang dicurigai mengandung logam atau batu mulia. Para penambang di sini hanya melihat sosok fenomena ditemukannya harta bawah tanah, maka digalilah tanah di sekitarnya.
[caption caption="Penambangan terbuka, yakni dengan cara menggali tanah permukaan hingga lapisan batuan (dok.pri)."]
[/caption]
Sistem penambangan yang dilakukan adalah cara tertbuka (open pit). Awalnya tanah digali hingga pada lapisan batuan atau formasi batuan. Pada lapisan ini batuan akan dihancurkan dengan cara disemprot dengan air. Jika batuan sudah terlepas dan larut maka akan disedot oleh mesin lalu dialorkan pada sebuah panggung yang berisi saringan bertingkat. Logam-logam emas akan tersangkut pada kain-kain penjebak, sedangkan material tak berharga akan dibuang menjadi tailing.
Material yang tersaring akan dimasukan dalam sebuah kubangan kemudian akan disaring ulang secara manual. Disinilah para gurandil ini diuji kejeliannya dalam menyaring bebatuan dengan menggunakan periuk besar dan mata yang jeli. Bisa saja sehari akan mendapatkan beberapa butir intan atau beberapa gram emas, bisa juga sama sekali tak mendapatkan.
[caption caption="Butiran intan yang sudah ditemukan (dok.pri)."]
[/caption]Jika sebutir intan atau serbuk-serbuk emas ditemukan maka hasil penjualan akan dibagi sama rata dengan para pekerja yang lain. Dalam sebuah grup 100% hasil penjualan akan dibagi menjadi 15% untuk pemilik lahan, sisanya akan dibagi ongkos produksi berupa sewa alat, bahan bakar minyak, konsumsi, setelah itu baru dibagi sama rata 8-20 orang.
Tidak ada jaminan hari ini dapat besok dapat, bahkan beberapa hari kadang juga nihil. Hebatnya mereka adalah semangat pantang menyerah untuk terus mendulang. “mungkin butiran intan itu ada di salah satu titik kubangan ini, makanya kita terus mencari” kata salah satu penambang. Saya mengira pepatah bak mencari jarum di dasar lautan benar juga, tetapi ini mencari serbuk emas dan butiran intan di dasar kubngan.
Pertaruhan nasib apakah hari ini makan atau tidak ditentukan ada apa di dasar kolam-kolam raksasa yang berwarna kuning keruh. Wajah-wajah penuh asa dengan peluh keringat bak intan yang turun dari pelipisnya jika melihat perjuangan hidup mereka. Saya membayangkan, logam mulia dan batu mulia yang dikenakan saudagar kaya ternyata memilki kisah yang tak seindah bentuk dan harganya. Dari kubangan-kubangan ini, ada keluarga-keluarga yang menggantungkan hidup dari perjudian dan peluh keringat. Cemara-Martapura bak kubangan perjudian antara butiran intan dan serbuk emas yang tidak tahu dimana letaknya, hanya nasib yang tahu.