Lihat ke Halaman Asli

Dhanang DhaVe

TERVERIFIKASI

www.dhave.id

Nuansa Keberagaman Kota Tua di Semarang

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391400230666250966

[caption id="attachment_320015" align="aligncenter" width="640" caption="dari titik 0km kami memulai perjalanan. (dok.pri)"][/caption] "Semarang kaline banjir, Jo semelang rak dipikir, Jangkrik upo sobo ning tonggo, Melumpat ning tengah jogan" sebuah petikan lagu dari Janggrik Genggong yang dilantukan oleh Waljinah. Benar dalam lirik tersebut, sebab Semarang sungainya sedang banjir dan meluber kemana-mana. Inilah yang mengawali langkah kami menelisik Pecinan di Semarang saat imlek. Dari tugu 0 km kami memulai perjalanan ini. Imlek yang jatuh tepat dihari jumat menyadarkan saya lewat sebuah pesan singkat yang mengabarkan teman seperjalanan saya sedang ibadah sholat jumat di masjid Kauman. Sungguh sebuah kebetulan bisa ikut menyambangi masjid yang dibangun pada tahun 1890. [caption id="attachment_320016" align="alignnone" width="640" caption="Suasana usai ibdaha shlat jumat, nampak mereka sedang berbagi sedekah (dok.pri)."]

13914002841938646446

[/caption] Masjid ini merupakan salah satu bangunan bersejarah dan menjadi cagar budaya di Kota Semarang. Jika melongok dari angkasa, masjid Kauman ini terletak di kampung muslim dan sisi timurnya ada pecinan yakni umat tri dharma, di sisi utara dan timur laut ada kawasan kota lama yang dihuni kaum kristiani. Indahnya keberagaman masa lalu, seba ada masjid kauman, klenteng dan gereja blenduk. Akhirnya sholat jumat sudah selesai dan saya menjumpai rekan seperjalanan yang nampak antusias ingin blusukan. Arah kaki kami langsung menuju pasar Johar, sebuah pasar legendaris dan sarat akan makna sejarah. Pasar modern pertama di Semarang dan pernah mendapat predikat pasar paling lengkap dan terindah di Asia Tenggara pada tahun 1930an. [caption id="attachment_320017" align="alignnone" width="640" caption="Tiang cendawan, ciri khas dari pasar johar. Inilah nilai ekologis yang benar-benar di perhatikan oleh sang arsitek (dok.pri)."]

13914003581969755547

[/caption] Johar, nama yang unik untuk sebuah pasar. Dulu pasar ini terletak di tinur alun-alun dengan deretan pepohonan Johar (Senna siamea). Nah dari situasi lingkungan yang penuh pohon tersebut maka dinamakan pasar Johar. Pasar johar dibangun pada tahun 1860 dan pada tahun 1937 diperbaiki ulang oleh Ir. Herman Thomas  Karsten. Seperti halnya lawang sewu karya Thomas Karsten, pasar Johar didisain sesui dengan kondisi lingkungan dan budaya masyarakat setempat. Beradar di daerah tropis, pesisir yang cukup panas, maka pasar ini dibangun dengan kajian ekologis yang mendalam. Salah satu konstruksi yang menarik adalah atap dan pilar yang mirip dengan cendawan. Payung jamur demikian disebutnya untuk pilar dan atap yang menyembul ke luar. Dengan model payung cendawan berbentuk heksagonal dan melayang di atap sehingga memberi kesempatan angin untuk masuk kedalam. Dengan model payung jamur, pasar ini terasa sejuk. Selain itu, adanya celah di antara payung tersebut memberikan kesempatan cahaya untuk masuk dan menghemat untuk penerangan. Pasar sebagai tempat bersosialita para pedagang dari seluruh penjuru diterjemahkan oleh Thomas Karsten dengan membuat los pasar yang luas. [caption id="attachment_320018" align="alignnone" width="640" caption="Patung naga di kebun lombok mengarahkan kaki menuju sebuah kuil kesadaran agung (dok.pri)."]

13914005001900518932

[/caption] Kondisi pasar johar saat ini, sepertinya tak seindah dulu lagi jika mendengar celotehan cerita dari buku-buku sejarah. Namun masih menyisakan detail bangunan yang unik dan menarik yang seolah ingin berkata "aku pernah menjadi yang terindah terlengkap". Usai dari pasar johar kami berjalan melewati kali Semarang, atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Kali mBerok. Kali semarang, dulunya adalah sebuah kanal untuk jalan kapal pedagang dari laut utara jawa untuk masuk kota Semarang dan Pasar Johar Khususnya. [caption id="attachment_320019" align="alignnone" width="640" caption="Suasana bagian dalam kuil Tay Kak Sie (dok.pri)."]

13914005601179803541

[/caption] Kali Semarang banjir, seperti yang dilantukan Waljinah. Banjir bukan karena debit air yang besar, namun pendangkalan disepanjang sungai. timbunan lumpur, sampah menjadi endapan yang mengangkat permukaan air dan jika hujan bisa langsung meluber dan menjadi Semarang Kaline Banjir. Pada tahun 1970an adalah terakhir kalinya jembatan hidrolik berfungsi. Jembatan ini bisa naik turun untuk memberi kesempatan kapan lewat dan juga kendaraan darat yang ingin melintas. Patut disayangkan, kini tinggal kenangan saja. Sungai yang sudah dangkal dan jembatan yang sudah ditimbun dengan aspal. Aroma kali Semarang mengarahkan saya pada area yang dulu menjadi kebun lombok. Pada tahun 1771 ada sebuah perkelahian seorang pemabuk dengan penjudi di pelataran kelenteng. Akhirnya oleh seorang Khouw Ping Xu mempelopori pemindahan kelenteng di kebun lombok yang kini terkenal dengan gang lombok. Disinilah kelenteng Tay Kak Sie, yang memiliki arti kuil kesadaran. Kuil ini didirikan pada 1776 dan kini menjadi yang terbesar diantara belasan kuil yang ada di pecinan Semarang. Kuil Tay Kak Sie digunakan untuk memuja Dewi Kwan Sie Im Po Sat atau Yang Mulia Dewi Welas Asih. Berjalannya waktu kuil ini berkembang menjadi Kelenteng yang juga memuja Dewa Dewi Tao lainnya. [caption id="attachment_320020" align="alignnone" width="640" caption="Lukisan di samping altar pemujaan salah satu dewa Tao (dok.pri)."]

1391400616343591891

[/caption] Dari gang lombok, kaki kami melangkah menuju kota lama sambil ditemani gerimis. Sebuah kubah berwarna merah bata dengan dua menara di depannya adalah ikonnya kota Tua. Gereja Blenduk, sesuai dengan bentuk kubahnya. [caption id="attachment_320021" align="alignnone" width="640" caption="Gereja Blenduk salah satu ikon kota Semarang (dok.pri)."]

139140066533120031

[/caption] Gereja Blenduk adalah bagunan neo klasik yang dibangun pada tahun 1753. Pada tahun 1894 gereja ini direnovasi dengan menambah 2 menari di depannya sebagai teras dari bangunan utama. Inilah karya dari W. Westmaas dan H.P.A de Wide yang hingg sekarang masih kokoh berdiri. Akhirnya perjalanan ini kami tutup seiring hujan yang semakin lebat. Kami menuju bangunan tua yang berwarna putih dengan strip dengan warna serba oranye. Inilah salah satu bangunan tua yang menjadi ikon perusahaan jara pengiriman surat dan paket. [caption id="attachment_320022" align="alignnone" width="640" caption="Kantor Pos besar, salah satu bangunan cagar budaya yang masih tetap dipertahankan keasliannya (dok.pri)."]

1391400731243394766

[/caption] Kantor pos besar adalah bangunan Belanda yang didirikan pada 1862. Awal dibangun, gedung ini difungsikan sebagai kantor pos dan telegraf. Pada tahun 1979 bangunan ini dipugar dengan mempertahankan bentuk aslinya. Akhirnya angkota berwarna oranye juga yang menjemput kami sebelum kenyataan dari tembang Waljinah itu terjadi "Semarang Kaline Banjir...".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline