[caption id="attachment_331958" align="aligncenter" width="576" caption="43C, ibarat latihan naik haji padahal ini di pabrik plastik (dok.pri)."][/caption]
"ya anggap saja latihan naik haji mas" kata Pak In, salah seorang kepala bagian sebuah pabrik plastik. Termometer di depan mata saya tetap tidak beranjak dari garis merah yang menunjuk angka 43C. Peluh keringat membasahi dari ubun-ubun hingg sela-sela sepatu. Beberapa sudut nampak kantong-kantong es teh milik karyawan menjadi pelipur dahaga di tengah-tengah gurun plastik.
Pengalaman luar biasa bisa keluar masuk sebuah industri dan ditunjukan semua unit. Proses dari hilir hingga hulu, berikut gelap terangnya dunia industri yang saya kunjungi. Rantai perputaran produk silih berganti 24 jam dalam satu harinya. Pergantian jam kerja 3 kali dalm 1 hari. pabrik ini seolah tak ada matinya, kecuali energi listrik mengalami gangguan.
[caption id="attachment_331959" align="alignnone" width="640" caption="Bijih plastik polietilena yang siap untuk di campur dan diolah menjadi kantong-kantong plastik (dok.pri)."]
[/caption]
Berkarung-karung Polietilena dengan berat bersih menumpuk di sudut ruangan. Dengan sigap seorang karyawan mengangkat dan memasukan butiran bijih plastik dengan kode PE dalam tangki pencampur. Dari tangki pencampur kemudian masuk dalam ruang pemanasan untuk dilebur menjadi cairan. Dengan peniup raksasa, plastik tersebut menggembung menjadi balon ukuran raksasa dan memanjang. Dengan penggilas berputar balon raksasa tersebut dikempiskan sesuai dengan ukurannya lalu digulung. Inilah cikal bakal kantong plastik.
Mesin rol demikian mereka menyebut mesin peniup bijih plastik cair ini. Berpindah kemudian masuk dalam mesin las. Mesin ini berkerja untuk memotong kantong plastik kemudia merekatkan salah satu sisinya. Dalam hitungan menit, ratusan kantong plastik dihasilkan oleh mesin ini. Tugas karyawan adalah mengepak lembaran kantong plastik ini dengan ukuran berat, bukan lagi lembaran plastik.
[caption id="attachment_331961" align="alignnone" width="640" caption="Lembaran plastik yang sudah jadi dan siap dikemas (dok.pri)."]
[/caption]
Kecepatan tangan dan mesin yang beradu cepat dengan waktu yang selalu terus berjalan. Saya melihat aktifitas karyawan di sini sepertinya tak mengenal lelah. "Inilah sebuah tuntutan hidup dimana harus berkeringat dahulu untuk mendapatkan uang, tetapi ada juga yang membuang uang agar bisa berkeringat" celetuk salah satu pengawas pekerja.
Tak hanya sampai di sini saya di ajak berputar-putar dalam gurun plastik ini. Di ruangan sebelah masih ada satu lagi mesin produksi yang tak kalah menarik untuk dilihat. Sepintas mata saya memandang langsung berimajinasi "ini seperti pabrik getuk lindri", salah satu makakan khas dari ubi kayu. Mesin besar itu menghancurkan plastik-plastik yang sudah tidak terpakai menjadi potongan-potongan kecil.
[caption id="attachment_331962" align="alignnone" width="640" caption="Gudang plastik bekas yang siap untuk didaur ulang (dok.pri)."]
[/caption]
Gergajian plastik tersebut kemudian di rebus hingga menjadi cair. Tahap selanjutnya biji plastik cair dikeluarkan berbentuk mie dengan ukuran sekitar 5mm, mirip getuk lindri menurut saya. Proses selanjutnya adalah pendinginan dengan mencelupkan dalam air dingin lalu dikeringkan dengan cara ditiup. Proses yang terakhir adalah pemotongan biji plastik menjadi butiran-butiran kecil. Produk inilah yang menjadi bahan utama pembuatan plastik daur ulang.