Lihat ke Halaman Asli

Terimakasih Bang Fauzi Bowo, Selamat Bertugas Mas Joko Widodo

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta, kota terindah dan termegah yang menjadi barometer, acuan sekaligus etalase miniatur keberagaman bangsa Indonesia. Keberagaman etnis, suku, bahasa, watak & cara pandang dari jutaan warganya. Di Jakarta pula terdapat berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Tak ada yang dapat memungkiri bahwa Jakarta yang awalnya sebagai pusat perdagangan sejak zaman kerajaan-kerajaan nusantara dan zaman penjajahan, kini telah berubah dan berevolusi menjadi penopang dan wadah dari berbagai kegiatan diluar perdagangan.

Dan untuk kelancaran itu semua maka lahir pulalah berbagai macam fasilitas-fasilitas pendukung mulai dari fasilitas yang mencakup transportasi, transaksi, edukasi, sanitasi & keamanan yang bisa dijadikan sebagai penunjang dalam rangka pemenuhan kebutuhan warganya.

Kita semua tahu bahwa kesemua fasilitas tersebut dimata masyarakat Jakarta dewasa ini ada yang sudah cukup memadai, namun tidak sedikit pula fasilitas yang tersedia masih jauh dari harapan dan keinginan warga ibukota. Sehingga bisa dikatakan secara garis besar mengindikasikan bahwa kinerja Pemprov DKI Jakarta bisa dibilang masih belum tepat sasaran.

Di Jakarta, satu masalah saja dapat menimbulkan efek bola salju yang signifikan berpengaruh ke berbagai masalah lainnya. Sebagai contoh adalah kemacetan. Sekarang ini kemacetan ibarat trademark yang sudah mendarah daging di Jakarta. Dari masalah ini saja ada beberapa aspek yang bisa kita tinjau sebab dan asal muasalnya. Pertama, kemacetan bisa saja terjadi karena angka laju pertumbuhan produksi kendaraan bermotor yang lebih tinggi daripada laju pertumbuhan jalan. Namun apakah solusi untuk mengurangi macet itu adalah harus dengan menekan laju pertumbuhan produksi mobil atau motor? Menurut saya tidak seperti itu karena segala urusan yang terkait dengan kebijakan tersebut berada dibawah wewenang pemerintah pusat dalam hal ini bisa tertuang dalam suatu Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan atau Peraturan Menteri yang terkait.

Bila sudah seperti ini maka timbul efek kedua, masih kurangnya kuantitas & kualitas moda transportasi di Jakarta. Ini sudah jelas sekali dikarenakan suatu kota besar yang berskala internasional wajib menyediakan fasilitas terbaik, tercanggih, aman & nyaman dalam hal penyediaan transportasi massal yang terintegerasi.

Dan pada akhirnya pula sampailah pada suatu efek ketiga yang paling utama ialah harus adanya rasa kesadaran kepada seluruh warga dalam berlalu-lintas dan aparat terkait dalam hal mengatur lalu-lintas. Dari pihak warga yang dalam hal ini ada yang menggunakan kendaraan pribadi dan ada yang pekerjaan sehari-harinya mengemudikan angkutan umum. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi mohon kiranya untuk lebih bersabar dalam mengemudikan kendaraannya seperti untuk tidak saling mendahului, berlalu-lintas sesuai jalurnya, tidak menerobos lampu lalu-lintas ketika kondisi sedang berhenti, dan bagi pengguna sepeda motor untuk perhatiannya tidak diperkenankan melintasi areal pedestrian atau trotoar untuk menghindari kemacetan. Adapun bagi yang mengemudikan angkutan umum juga lebih kurangnya sama seperti pengguna kendaraan pribadi, hanya saja perlu diperhatikan bahwa harus adanya kesadaran untuk menurunkan penumpang sesuai pada tempat yang telah disediakan dalam hal ini halte dan atau terminal terdekat.

Namun semua itu akan terasa sia-sia apabila dari pihak aparat atau petugas yang mengatur lalu-lintas dalam hal ini Polisi dan Dinas Perhubungan tidak saling bersinergi untuk menegakan aturan-aturan berlalu-lintas yang sudah ditetapkan. Seperti, menindak tegas para pengguna kendaraan pribadi baik mobil atau motor yang melanggar lalu-lintas dan menindak tegas bagi pengemudi angkutan umum yang masih suka berhenti untuk menurunkan penumpang tidak pada halte atau terminal terdekat.

Seperti itulah kiranya efek keterkaitan dari satu masalah saja yang biasa terjadi di Jakarta. Oleh sebab itu bisa saya simpulkan bahwa hanya orang-orang yang mumpuni, berani, cepat, tepat dan tegas yang bisa memimpin ibukota tercinta ini.

Dalam hal ini saya mengapresiasi sekali kepemimpinan Bapak Fauzi Bowo dalam hal keberanian dan rasa tahu beliau yang mendalam terhadap kota Jakarta ini. Beliau yang lebih kurang 30 tahun menjadi bagian dari keluarga besar Pemprov DKI Jakarta rasanya memang wajar apabila pasca kepemimpinan Bapak Sutiyoso beliaulah yang dipercaya warga untuk memimpin Jakarta sejak 2007-2012. Dan tidak sedikit pula keberhasilan yang bisa ditorehkan oleh beliau selama 5 tahun kepemimpinannya. Memberikan Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) & meluncurkan kartu Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) untuk pegawai adalah bukti bahwa beliau sangat memperhatikan kesejahteraan & kesehatan para anak buahnya. Lalu meneruskan proyek busway dengan menambah 3 koridor untuk daerah Tanjung Priok, Pulogebang, dan Pasar Rebo. Selain itu beliau juga membangun terminal berskala internasional (terbesar se-Asia Tenggara) di daerah Pulogebang yang peruntukannya sebagai pemberhentian terakhir busway dan bis antarkota-antarpropinsi agar dapat mengurangi kepadatan di areal terminal Pulogadung. Dan yang paling utama yang bisa dijadikan acuan keberhasilan program beliau adalah keberhasilan beliau menekan & mengurangi potensi banjir di Jakarta dengan merintis pembangunan Kanal Banjir Timur berkerjasama dengan Departemen Pekerjaan Umum.

Cukup banyak keberhasilan yang Fauzi Bowo lakukan untuk ibukota ini sehingga tidak cukup pula satu halaman untuk menjelaskan semuanya. Namun tak selamanya keberhasilan yang beliau capai itu tanpa cela. Satu-satunya kegagalan beliau adalah tetap tertuju kepada masalah utama kota Jakarta yaitu kemacetan. Memang benar beliau berhasil mengambil alih proyek Mass Rapid Transport (MRT) dari yang tadinya dipegang oleh Pemerintah Pusat bersama Swasta menjadi Pemerintah Daerah dengan menggunakan hibah berkerjasama dengan Perusahaan Jepang namun kecepatan dan ketegasan beliau yang dinilai warga secara umum masih jauh dibawah harapan untuk segera melaksanakan proyek tersebut. Belum lagi sikap arogansi dan nyeleneh yang kerap ditunjukan oleh Bapak Fauzi Bowo sehingga seringkali sifat-sifat kewibawaan dan kepercayaan masyarakat kepada beliau menjadi luntur. Dan disaat seperti itulah muncul satu nama alternatif pada Pilkada lalu yang membuat warga Jakarta merasa terayomi dan merasa dekat dengan kesederhanaan yang ditampilkan oleh Bapak Joko Widodo.

Beliau adalah pengusaha sekaligus importir kayu dari kota Solo yang sudah didapuk untuk memimpin kota Solo selama 7 tahun menjadi Walikota. Gaya kepemimpinan beliau dengan menunjukan sikap yang santun, sederhana, mau mendengar dan turun langsung ke masyarakat serta visioner yang membuat warga Jakarta merasa dilihat dan diperhatikan oleh pemimpinnya.

Maka wajar apabila pada Pilkada yang telah lalu beliau menang dengan presentase yang cukup signifikan meskipun harus dilalui dengan 2 periode. Dengan kemenangan itu pulalah semoga segala janji ataupun kebijakan yang akan beliau terapkan di Jakarta seperti Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, Mal Khusus Pedagang Pasar, Pembangunan Folder Penahan Banjir, dan Remodeling Busway serta melanjutkan Pembangunan MRT dapat terlaksana dengan lancar sesuai dengan harapan warga yang telah mempercayakannya.

Semoga dengan terpilihnya Bapak Joko Widodo bersama Bapak Basuki Tjahja Purnama sebagai Gubernur & Wakil Gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017 mampu membawa kota Jakarta untuk bersaing dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia dan Asia Tenggara khususnya dan dengan kota besar di Asia pada umumnya.

Terimakasih Bang Fauzi Bowo, Selamat Bertugas Mas Joko Widodo!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline