Lihat ke Halaman Asli

J Wicaksono

Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Kultur, Budaya dan Iklim, Akan Membawa Timnas Manapun Menjadi Salah Satu Terbaik di Sepakbola Dunia

Diperbarui: 2 Februari 2025   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Perancis Menjadi Juara Dunia Tahun 2018 (Sumber : Dokumen Kompas)

Kultur, Budaya, dan Iklim akan membawa Tim Sepakbola manapun menjadi salah satu yang terbaik di Dunia

(Sebuah Pelajaran Bersama)

Dimulai oleh Ketua Umum Mochamad Iriawan (Iwan Bule) dan dilanjutkan (serta dikembangkan) Erick Tohir, PSSI banyak melakukan upaya perkuatan skuad Tim Nasional (Timnas) Indonesia dari mereka yang lahir di Eropa (utamanya Belanda) namun memiliki darah keturunan Indonesia. Upaya ini menunjukkan hal positif dimana Timnas (Putera) saat ini melaju ke babak penyisihan Putaran Ketiga Zona Asia dan memiliki kesempatan untuk bersaing menuju Putaran Final Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat -- Canada dan Meksiko.

Erick Tohir Pada Podcast The Haye Way (Sumber : Dokumen The Haye Way)

Menjadi menarik untuk disimak adalah mereka para pemain yang memperkuat Timnas saat ini mampu memberi perbedaan besar terhadap pola permainan Timnas secara umum (baik di kategori Putera maupun Puteri). Tentunya hal ini memberikan harapan serta kebahagiaan untuk kita semua, pecinta sepakbola Indonesia. Dalam upaya menuju Putara Final Piala Dunia 2026 (Putera), beberapa waktu lalu Erick Tohir menegaskan bahwa kerangka Timnas Indonesia belum sepenuhnya selesai disusun sehingga PSSI masih akan menambah para pemain dengan kriteria dimaksud (lahir di Eropa namun memiliki darah Indonesia). Hal itu disampaikan oleh beliau diberbagai kesempatan dan kembali dipertegas pada sebuah Potcast yang dikelola oleh salah satu pemain pilar Timnas (The Haye Way) yang kebetulan ditemukan dan menjadi bagian upaya PSSI membawa Timnas Indonesia ke Putaran Final Piala Dunia 2026, Tom Haye.

Beberapa posisi masih perlu mendapat perhatian serius, utamanya di sektor gelandang serang hingga striker. Hal ini dinilai penting dilakukan mengingat persaingan di Grup C masih sangat ketat dimana kelima tim yang menduduki peringkat 2 hingga 6 memiliki potensi dan peluang yang sama untuk lolos ke putaran final langsung atau menuju fase penyisihan ke-empat demi mempertahankan asa lolos Putaran Final Piala Dunia 2026. Australia, Arab Saudi, Tiongkok bahkan Bahrain adalah nama-nama besar di level Asia yang beberapa tahun ke belakang menjadi sebuah mimpi untuk kita semua menjadikan mereka sebagai kelompok sejajar dengan Indonesia atas upaya menuju putaran final. Timnas Indonesia, bahkan hingga pertengahan tahun lalu dianggap berada minimal satu level di bawah tim-tim besar itu.

Hal ini merupakan kewajaran apabila kita melihat seluruh catatan sejarah hingga prestasi Timnas Indonesia selama ini. Akan tetapi, kepulangan mereka yang berdarah Indonesia memberikan dampak besar terhadap Timnas Indonesia saat ini. berawal dari penampilan cukup baik pada Putaran Final Piala Asia 2024 yang diselenggarakan di Qatar, Timnas Indonesia terus menunjukkan progres permainan yang semakin baik sehingga saat ini mampu masuk kedalam kelompok negara yang bersaing memperebutkan satu tiket Putaran Final Piala Dunia 2026.

Secara tertib administrasi apa yang dilakukan PSSI tidak salah dan regulasi FIFA membenarkannya. Upaya ini secara umum dikenal dengan nama program naturalisasi. Program yang sudah sejak dulu ada dan banyak dimanfaatkan oleh banyak negara, bahkan oleh negara-negara besar di bidang sepakbola sejak masa lampau. Salah satu yang menonjol tentunya Perancis (pemegang tampuk juara dunia tahun 1998 dan 2018).

Timnas Perancis Tahun 1998 (Sumber : Dokumen Kompas)

Piala Dunia 1998. Stade de France menjadi saksi betapa ganasnya Timnas Prancis saat menjadikan Brasil sang juara bertahan pada partai final menjadi seperti tim yang biasa saja, padahal pada waktu itu Brasil diperkuat banyak pemain besar era 90-an seperti misalnya; Claudio Taffarel; Nelson de Jesus Silva (Dida); Marcos Evangelista de Morais (Cafu); (Roberto Carlos) da Silva Rocha; Carlos Caetano Bledorn Verri (Dunga); (Rivaldo) Ferreira; (Leonardo) Nascimento de Arajo; Jos Roberto da Silva Jnior (Z Roberto); (Denlson) Pereira de Oliveira, Roberto Gomes de Oliveira (Bebeto); (Edmundo) Alves de Souza Neto; serta The Rissing Star mereka (Ronaldo) Lus Nazrio de Lima, dibawah pelatih yang tidak kalah mentereng di masanya Mario Jorge Lobo Zagallo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline