4 -- 2 -- 3 -- 1 Pola Permainan Solutif Bagi STY Di Tengah Kekuatan Pertahanan Timnas Indonesia Pada Pra Piala Dunia 2026 di Laga Tandang
Gelombang naturalisasi yang dilaksanakan PSSI atas permintaan Pelatih Sin Tae Yong menghadirkan banyak pemain bertahan matang berbasis Eropa meski muda secara usia. Dari 11 orang pemain naturalisasi yang pernah memperkuat Indonesia disepanjang tahun 2023 hingga kemarin VS Vietnam (21 Maret 2024) tercatat hanya Rafael Struick dan Stefano Lilipaly yang merupakan pemain dengan tipikal gelandang serang.
Selain mereka, Indonesia saat ini telah memainkan 2 gelandang stylish dengan karakternya masing-masing yakni Mark Klock (Kita semua sudah tahu betapa sepak terjangnya mampu mendongkrak level permainan Indonesia hingga menjadi tim dengan kematangan tinggi -- minimal kita sekarang raja di Asia Tenggara) dan Ivar Jenner (Gelandang muda masa depan dengan pola permainan tanpa toleransi).
Diluar 4 pemain tadi, Elkan Baggot, Sandy Walsh, Jordi Amat, Shayne Pattynama, Justin Hubner dan yang baru debut langsung menjadi sentral kekuatan lini belakang Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-On. Kesemuanya adalah pemain bertahan yang level permainannya hanya mampu diimbangi sedikit saja pemain asli Indonesia (Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho dan Pratama Arhan). Belum lagi jika besok tanggal 26 Maret Thom Haye dapat memulai debut. Haye merupakan gelandang pekerja keras yang memiliki visi bertahan sempurna dengan visi serangan grade A.
Situasi ini, ketika keseluruhan dalam kondisi siap bertanding merupakan kekuatan dasyat dari lini pertahanan untuk menjaga sterilitas gawang dan tentunya mendukung serangan lewat aksi ke lini depan. Sejak piala Asia hingga kemarin (versus Vietnam.red), kita menyaksikan keeping bola para pemain sedemikian baik dengan mereka, para pemain berkemampuan bertahan kerap membantu serangan secara bergantian memperkuat sektor gelandang serang.
Demi memaksimalkan keberadaan para pemain ini, formasi modern 4-2-3-1 (diperkenalkan oleh para pelatih-pelatih Eropa medio awal tahun 2000-an) sepertinya pas untuk dipraktekkan pelatih pada laga-laga tandang Timnas. Perlu diingat, tekanan pertandingan tandang jauh lebih tinggi dibandingkan saat menjadi tuan rumah. Keberadaan 2 gelandang bertahan di depan pemain belakang, menjaga kedalaman pertahanan sekaligus memastikan stabilitas permainan ketika salah satu bek sayap membantu penyerangan.
2 gelandang bertahan kita, siapapun yang bermain diantara Mark Klock, Ivar Jenner maupun Tom Haye (di level klub, Haye adalah pilihan utama di pos ini) akan memberikan harmonisasi serangan ketika tim memiliki peluang naik menekan lawan.
Banyak pelatih besar Benua Eropa saat ini begitu mengandrungi pola 4 - 2 - 3 - 1. Tercatat antaranya Mauricio Pochettino, Hansi Flick, Pep Guardiola dan Gareth Southgate. Jika kita perhatikan dalam skema permainan ini, saat bertahan minimal 6 pemain ada di lini pertahanan dan ketika terjadi kesempatan Penyerangan 5 pemain dapat hadir di garis belakang lawan dengan tetap menyisakan 5 pemain lain untuk bersiap me-recovery bola jika lawan memiliki peluang serangan balik.
Hal ini dimungkinkan akibat kehadiran 2 gelandang pekerja yang akan menyisir sisi ke sisi menutupi kesenjangan antara lini per lini hingga 3 gelandang serang di depan mereka. Formasi ini juga merekatkan jarak antar pemain antar lini.
Penyerang tunggal, melihat permainan sejauh ini, Ramadhan Sananta dan Dimas drajad adalah pilihan utama. Pergerakan tanpa bola mereka memungkinkan gelandang-gelandang serang menusuk ke jantung pertahanan lawan. dan terakhir yang kita nantikan Bro Ragnar Oratmangoen yang memiliki posisi asli gelandang serang sekaligus penyerang tunggal.