Lihat ke Halaman Asli

dharma simatupang

Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

Duhai Guru, Waspadalah Toxic Positivity Juga Mengintaimu!

Diperbarui: 30 Juli 2021   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi si stay positive yang malah menjadi toxic positivity. Sumber gambar: popbela.com

Profesi pendidik dituntut selalu berinteraksi dengan siswa. Tentunya interaksi itu melibatkan komunikasi verbal. Ada kalanya komunikasi itu menyangkut masalah siswa, ada saatnya terkait prestasi siswa dan lain sebagainya. Jadi tak jarang guru dalam melakukan komunikasi dengan siswa itu tidak menyadari adanya toxic positivity. 

Berikut sedikit saya berikan contoh kasusnya :

Pertama, Seorang siswa dikeluarkan ( dititipkan kepada orangtuanya) karena melakukan suatu masalah.  Kemudian datanglag gurunya berusaha untuk membuat perasaannya lebih baik dengan berkata : " Coba lihat sisi baiknya, kamu bisa bersekolah di tempat lain yang mungkin lebih baik dibandingkan sekolah yang sekarang."  

Mugkin saja siswa itu mendapat respon dari gurunya yang lain seperti ini : " Yakinlah , kamu masih bisa dapatin sekolah baru, masih banyak yang lebih parah dari kasusmu ! "

Sayangnya , semua respon yang cenderung positif ini berseberanagn dengan apa yang dialami siswa itu. Ini adalah ungkapan toxic positivity, ungkapan yangan jadi bumerang. Biasanya tidak membuat siswa menjadi lebih baik. Tetapi justru menjadi lebih buruk, terutama bagi siswa yng sedang mengalami depresi.

Kedua, Pepatah : " Kalau orang itu bisa melakukannya, kamu pun pasti bisa." Ini adalah salah satu pepatah yang merusak. Namun tak dapat disangkal, guru seringkali mengungkapkan pepatah ini. Mungkin dalam memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Supaya bangkit dan semangat kembali belajar mengapai impian.  Guru tidak meyadari dampak buruk ucapan ini terhadap siswa. 

Pepatah ini menjadi keliru karena dibangun berdasarkan angapan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang sama/identik. Dan sama sekali pepatah ini tidak menghargai keunikan manusia. Padahal banyak survei mengatkan bahwa kita semua berbeda antara satu dengan yang lain. 

Sebaiknya pepatah ini berbunyi : " Kalau seorang meakukannya dengan bagus, maka kamu pun bisa melakukannya asalkan kamu memiliki kekuatan yang sama/identik dengan orang itu."

  Seorang guru dituntut harus juga bijaksana  dalam berkata. Bijaksana disini mengacu kepada kepada bahwa yang penting adalah bukan banyaknya perkataan yang diucapkan nya tetapi perkataan yang diucapkannya harus sesuai tempat dan waktu yang tepat. Jangan sampai perkataan itu terkesan menjadi hanya basa basi dan bahkan yang lebih fatal lagi meracuni siswa-siswanya. 

Ketiga,   Serang guru juga sering mengucapkan : " Nanti juga terbiasa. " Atau " Tetap positif ! " kepada siswa yang mendapat musibah/kemalangan. Guru berharap siswa segera bangkit dari trpuruknya . Padahal perkataannnya itu tidaklah membantunya sama sekali. Malah membuat siswa semakin terbeban da merasa musibah/kemalangan  yang dialami siswa sepele. Ini dinamakan toxic positivity . 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline