Lihat ke Halaman Asli

Dharma Kiart Wijaya

mengumpulkan tugas

Ketatnya Kebijakan Sekolah, Apakah Kesehatan Mental Remaja Terganggu?

Diperbarui: 10 Februari 2023   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah hampir setahun Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali dijalani sejak Juli tahun lalu. Selama Pelajaran Jarak Jauh (PJJ), pelajar mengalami penurunan dalam efektivitas, dan kualitas belajar. Sejak PTM kembali digelar secara penuh, pemerintah dan guru-guru mendorong berbagai objektif dan sasaran kepada pelajar dengan tujuan untuk memulihkan kemampuan belajar yang menurun akibat PJJ. Pendorongan yang diberikan dalam berbagai bentuk, termasuk tugas-tugas dan penilaian yang lebih banyak dibanding masa sebelum PJJ, dan sering kali penugasan dan penilaian diperburuk dengan tempo yang terkadang sempit. Akibatnya, banyak pelajar mengalami bahwa kesehatan mental mereka memperburuk.

Menurut Menteri Kesehatan, kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Mereka menyebutkan bahwa beberapa tanda penyakit mental yang mungkin terjadi pada remaja adalah kesulitan berkonsentrasi, dan perubahan perilaku dan mood. Salah satu penyebab yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental siswa  adalah berlebihnya tugas. Tugas yang banyak bagi siswa akan membuat siswa kehilangan semangat dan motivasi untuk belajar, atau dikenal sebagai burned out, dan tidak akan dapat menyerap pelajaran dengan baik. Siswa yang sudah kehilangan semangat dalam belajar akan sulit mencapai target belajar yang sudah ditetapkan. 

Faktor kebijakan sekolah juga berperan sebagai salah satu faktor yang paling berdampak terhadap kesehatan mental remaja/pelajar. Contohnya adalah pemberian tugas yang berlebihan, tenggat waktu yang pendek, dan penjadwalan yang kurang efektif. Pemberian tugas yang berlebihan dapat menggangu proses pembelajaran karena tugas yang berlebihan dapat menganggu pola kehidupan pelajar. Akibatnya pelajar harus memilih untuk mengorbankan kesehatan dan istirahat karena mereka tertekan dengan nilai dan lingkungannya. Sedangkan tenggat waktu dan penjadwalan yang kurang efektif dapat menyampaikan pesan bahwa pengempulan tugas tepat waktu mengalahkan tujuan tugas yang sebenarnya yaitu untuk belajar  sehingga tugas yang dilakukan tidak maksimal dan hanya dikerjakan secukupnya agar bisa kumpul.  

Kemudian penjadwalan yang sempit seperti jeda antar ulangan yang pendek juga menggangu kesehatan mental pelajar dan juga karena mereka tertekan untuk belajar dengan waktu yang sangat sempit sehingga mereka akan merasa stress dan depresi beserta kecemasan. Sebuah survey yang dilakukan oleh University of Standford  yang diambil dari 4317 pelajar menunjukkan bahwa 56% pelajar menganggap tugas sebagai sumber utama dari stress, 43% menganggapnya sebagai penyebab stress dan 33% memberikan tekanan terhadap diri sendiri untuk mendapatkan nilai yang bagus dalam tugas dan kurang dari 1% tidak menganggap tugas sebagai sumber stress. Selain itu hasil dari survey juga menunjukkan bahwa pelajar kemungkinan mengurangi aktivitas lain seperti menghabiskan waktu dengan keluarga dan hobi mereka untuk mengerjakan tugas, banyak sekali pelajar yang kesulitan membagi waktu untuk aktivitas ekstrakulikuler dan pengerjaan tugas yang seimbang. Para peniliti juga menyebutkan bahwa banyak murid yang mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah yang mereka anggap "tidak ada gunanya" atau "tidak ada artinya" untuk mempertahankan nilai mereka. Oleh karena itu, survey ini menunjukkan bahwa tugas yang berlebihan dapat mematahkan semangat pelajar dan justru mempromosi mentalitas mengejarkan tugas hanya untuk nilai.

Kesimpulannya adalah bahwa memberikan tugas berlebihan kepada siswa dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Dan untuk itu, guru perlu mengetahui bahwa siswa perlu waktu untuk istirahat dari tugas sekolah dan memikirkan beberapa ide yang dapat membantu mengurangi masalah ini agar kebijakan yang mereka terapkan itu efektif. Salah satu caranya adalah mengadakan berbagai macam bentuk tugas agar siswa dapat mengetahui tujuan pembelajarannya dan kemampuannya.

Artikel ini dibuat oleh:
- Dharma Kiart Wijaya - 12 IPA 2
- Wilbert Bernardi - 12 IPA 2




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline