Lihat ke Halaman Asli

Dharma Arif Nugroho

Seorang Junior Researcher

Banjir di Jakarta Sampai Kapan?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jakarta banjir adalah hal yang biasa, lalu kapan hal ini menjadi hal yang tidak biasa?  Musim penghujan adalah momok bagi Jakarta, selain membuat becek jalanan, juga membuat genangan air dimana-mana.  Bukan genangan biasa yang sering dibuat mainan anak-anak saat pulang sekolah, melainkan genangan yang dalam, sampai semeter kadang lebih.  Sampai kapan Jakarta akan bebas banjir?  Pertanyaan ini sangat sulit dijawab bahkan oleh para profesor ahli banjir.
Perlu dibuat pemetaan yang sangat kompleks mengenai daerah rawan banjir, sungai, waduk, muara, dan lainnya untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta.  Data lain yang perlu diperoleh adalah semua hulu sungai yang memiliki anak sungai yang melintas di Jakarta, lebar sungai dari hulu sampai muara, kedalaman sungai dari hulu sampai muara, data pasang surut wilayah Jakarta, data curah hujan di hulu sampai muara sungai, ketinggian sungai terhadap muara dan muka air laut, dan masih banyak lagi.  Semua itu diperlukan untuk melihat faktor yang paling penting dan langkah untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta.
Sungai adalah faktor yang paling mendasar untuk dikaji lebih dahulu sebagai pembawa air ke Jakarta.  Ukuran lebar dan kedalaman sungai dari hulu hingga muara menjadi faktor kunci dalam masalah banjir.  Jika sungai di bagian hulu lebih lebar dan dalam daripada di bagian hilir atau mengalami penyempitan dan pendangkalan di bagian tengah sungai, maka saat hujan besar terjadi di hulu sungai, air akan meluap di bagian tengah sungai hingga muara.  Sehingga perlu diketahui titik penyempitan yang nantinya dapat dibuatkan anak sungai alternatif.  Anak sungai buatan dapat dilewatkan menggunakan pipa di bawah tanah menuju ke waduk yang letaknya lebih rendah atau dialirkan menuju ke anak sungai lainnya.
Pasang surut air laut juga memiliki peran dalam masalah banjir di Jakarta.  Hal yang perlu dikaji adalah level ketinggian pasang surut air laut saat musim penghujan, level ketinggian permukaan tanah, dan level ketinggian permukaan air sungai saat musim hujan.  Jika ketinggian pasang surut air laut saat musim penghujan lebih tinggi dari ketinggian permukaan air sungai, maka air sungai tidak akan menuju laut namun tertahan dan air sungai akan meluap. Hal ini sudah pernah terjadi di muara sekitar Ancol yang airnya meluap ke jalan walaupun saat itu adalah musin kemarau.
Waduk sangat penting untuk Jakarta.  Sebagai penampung air yang besar saat terjadi hujan lebat, perlu dikaji berapa jumlah anak sungai yang menuju dan meninggalkan waduk.  Berpijak pada hukum fisika bahwa volume air yang masuk harus lebih kecil dari volume air yang keluar waduk.  Hal ini dimaksudkan untuk menghindari meluapnya waduk atau jebolnya tanggul waduk yang tidak kuat menahan besarnya volume air dalam waduk.
Jika semua itu tidak mengatasi masalah banjir karena air yang masuk ke Jakarta sangat banyak dan tidak bisa terbuang ke laut, maka perlu dikaji pembuatan DAM di semua muara sungai yang ada di Jakarta.  Belajar dari Belanda yang telah berhasil menghindari banjir dengan membangun DAM serta menggunakan banyak pompa air untuk membuang air dari muara ke laut.  Akan tetapi pembangunan DAM ini tidak akan bermanfaat banyak jika masih ada sampah yang ikut terbawa dan menyumbat pompa air.
TAMAT




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline