Peradaban suka duka, terang maupun gelap mengantarkan diri pada subyek barunya. Dari irasional yang sering dianggap gila hingga rasional yang dipandang ilmiah. Alurnya berkisah tentang kegalauan diri dalam memproduksi moral dan material yang tiba pada kematiannya secara terhormat.
Aktor utamanya diri sendiri. Sosok yang lahir dari ordo ke ordo dalam menguak tabir hidup. Dari berburu, bercocok tanam, beternak, berdagang, dan industri hingga bersosialita di dunia maya. Dari kerajaan hingga kuil suci dan republik yang ditempa oleh kekuasaan, kebenaran, dan keadilan. Bila kebatilan hadir, segera kebajikan menghajarnya. Seringnya dia jatuh, namun bangkit lagi.
Genom
Diri dari jaman ke jaman menempatkan pertukaran sebagai dewanya. Pertukaran bersemayam, menyusup, dan bergerilya dari tangan kelas yang kalah ke tangan kelas yang menang. Pertukaran hendaknya diartikan dalam arti luas seperti komoditi, barang, jasa, kenangan, kepentingan, pengalaman, keterampilan, pengetahuan, teknologi, budaya dan bahkan kepercayaan. Tidak salah bila dikatakan setiap diri memiliki dagangannya sendiri. Dengan begitu dapat dikatakan pertukaran adalah genom yang mengendap di setiap DNA.
Pertukaran dipadu dengan nilai-nilai keyakinan, yang diduga sukses meracik budaya. Inilah yang disinyalir menyatukan pandangan hidup bersama sebagai entitas dengan cara menaati dan menyesuaikan adat istiadat dengan perubahan. Doktrin ini dikenal dengan eling.
Dengan kata lain eling merupakan strategi pertahanan dalam beraktivitas. Dari era prasejarah hingga modern. Dari jaman batu hingga internet. Sungguh epos penuh roman yang bercerita tentang perjuangan diri dalam mempertahankan hidup dan keberadaannya.
Epos
Konon, eling sanggup menarik perhatian jagat raya. Pasca ditemukannya mesiu, kompas, mesin cetak, dan mesin uap, industri maju pesat. Pabrik dibangun. Barang diproduksi besar-besaran. Dan mereka yakin surga yang diidam-idamkan segera datang. Namun, malang nasibnya, wabah dan krisis melanda. Memporak-porandakan harapan. Tetesan peluh malah menjadi malapetaka. Surga yang terang berubah menjadi neraka kelam. Singkat cerita, mereka mempertanyakan kembali kejayaan industri sebagai mekanik kemakmuran. Akhirnya mereka sepakat untuk mencari negeri yang belum terjamah oleh tangan-tangan usil.
Mula-mula mereka tiba di daratan yang luas dan primitif. Ini bukanlah yang diinginkan. Pencarian pun dilanjutkan. Tibalah mereka di semenanjung indah. Suatu pulau yang penuh dengan sun, sea, and sex. Ada sesuatu yang kurang. Alias ada sesuatu yang hilang. Dan ini bukanlah yang diidam-idamkan.