Dibalik musibah selalu ada hikmah yang bisa kita peroleh. Begitu semestinya cara orang beriman menyikapi setiap cobaan yang datang. Ujian keterbatasan dan kesulitan seringkali memaksa kita menjadi lebih kreatif agar tetap survive.
Bencana non alam virus corona yang melanda dunia menuntut perubahan perilaku umat manusia. Sebagai upaya meredam penularan Covid-19 kita diharuskan mematuhi protokol kesehatan; memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, rajin mencuci tangan dan menghindari kerumunan.
Masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memastikan kita untuk selalu menjaga jarak fisik (physical distancing). Bahkan pada awal mula virus corona muncul ditengah kita kegiatan sekolah dan pusat perbelanjaan terpaksa diliburkan. Warga diserukan untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah (work from home) dan beribadah di rumah.
Pandemi corona telah merubah tatanan kehidupan ‘normal baru’ umat manusia dalam menjalankan aktifitas keseharian. Jarak yang memisahkan tidak membatasi kita untuk tetap melakukan pekerjaan dan pertemuan meski lewat daring (dalam jaringan).
Fenomena yang menjamur di masa pandemi adalah kegiatan diskusi atau seminar yang dilakukan via online – selanjutnya dikenal istilah webinar (web-seminar). Setiap hari kita bisa mengikuti webinar yang menyajikan beragam topik pembahasan.
Saya termasuk orang yang gemar mengikuti webinar. Hampir setiap hari selalu ada kegiatan diskusi sebagai media pembelajaran jarak jauh. Mulai dari tema politik, pilkada, pemilu, ekonomi, sosial, kebangsaan dan keislaman yang berguna untuk menambah wawasan pengetahuan.
Webinar sudah menjadi kebiasaan baru dalam menuntut ilmu. Cukup dari rumah kita bisa mengikuti kajian online yang diselenggarakan tanpa harus datang ke lokasi acara. Hemat waktu, biaya dan tenaga. Sungguh pengalaman baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Pertama kali mengikuti acara daring pada bulan puasa berupa kajian ramadhan PRM Pondok Labu yang dipimpin oleh Pak Din Syamsuddin. Kajian dengan menggunakan fasilitas zoom meeting menghadirkan narasumber lintas benua dari Malaysia, Amerika Serikat, Mesir dan Australia.
Selanjutnya webinar yang sering saya ikuti membahas ragam persoalan aktual yang sedang menjadi trending topic. Isu tentang RUU Pemilu, pilkada ditengah pandemi dan pro-kontra seputar RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Penyelenggaranya juga beragam tersebar dari Jakarta, Palu, Malang, Makasar, Bandung, Cirebon dan masih banyak lainnya.
Bisa dibayangkan berapa ongkos perjalanan yang mesti dikeluarkan bila kita mengikuti secara luring (offline). Belum lagi ditambah waktu yang mesti disediakan jika harus menghadiri secara langsung seminar antar kota lintas provinsi.
Webinar menjadi berkah bagi siapapun yang mau belajar ditengah pandemi selama kita belum tahu kapan wabah corona berakhir. Tanpa sadar webinar membuat kita menjadi masyarakat internet (network society) yang harus beradaptasi dengan perangkat teknologi informasi berbasis digital.