Lihat ke Halaman Asli

Dhany Wahab

Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

Ramadan Berlalu, Kuota Berkurang

Diperbarui: 13 Mei 2020   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.ayat-kursi.com

Meskipun ada keraguan terkait dengan asal muasal narasi seperti berikut " Inilah bulan yang permulaannya (10 hari pertama) penuh dengan rahmat, yang pertengahannya (10 hari pertengahan) penuh dengan ampunan, dan yang terakhirnya (10 hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka"

Namun tak ada salahnya kita jadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan amal ibadah kita di bulan penuh berkah. Kita sudah melewati 10 hari pertama, saat ini kita berada di fase 10 hari kedua dan cepat atau lambat sang waktu ramadan akan pergi meninggalkan kita. Lantas, adakah waktu yang berlalu sudah kita manfaatkan dengan penuh kesungguhan untuk ber-fastabiqul khairat.

Para ulama ahli hadis menegaskan, bahwasannya rahmat dan ampunan Allah itu tidak pernah terputus dan pada Ramadan rahmat dan ampunan Allah dilipatgandakan sebagaimana yang dijelaskan dalam banyak hadis Nabi. Sedangkan pembebasan dari siksa neraka itu berlaku setiap malam, bukan hanya khusus pada 10 malam terakhir.

Esensi dari pesan ini adalah kita mampu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan kepasrahan untuk menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Manfaatkan setiap desah nafas kita untuk mensyukuri anugerah yang diberikan dengan selalu menorekan amal kebaikan tanpa kenal lelah.

Sebuah ungkapan bijak patut untuk kita renungkan, seandainya jatah umur kita di dunia ini adalah 60 tahun, maka hakikatnya setiap ramadan datang kuota usia kita akan berkurang. Saat kita menyadari bahwa usia makin dewasa merambat tua dan menuju manula maka semangat dan energi kita juga semakin melemah.

Karenanya semasa kita masih diberi kesempatan dan kekuatan di dunia ini harus didayagunakan semaksimal mungkin untuk menebar kebaikan, menanam kebajikan dan merawat ketakwaan kepada Allah SWT. Jangan sampai hidup kita menjadi sia-sia tanpa makna karena terjebak dalam tipu daya perhiasan dunia.

Dari Amru bin Maimun bin Mahran sesungguhnya Nabi Muhammad Saw berkata kepada seorang pemuda dan menasehatinya, "Jagalah lima hal sebelum lima hal. (1) Mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) sehatmu sebelum datang masa sakitmu, (3) waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, (4) kayamu sebelum miskinmu, (5) hidupmu sebelum matimu.

Andaikan usia kita bagi dalam tiga fase, dua puluh tahun pertama kita lebih banyak menerima. Sedari bayi hingga kita berajak remaja lebih banyak disuapin oleh orang tua, praktis kita hanya bisa menerima pemberian dari orang lain. Masa-masa dimana ketergantungan diri dengan orang lain masih sangat besar karena kita belum mampu berdikari.

Dua puluh tahun kedua, ketika usia remaja hingga dewasa maka sudah selayaknya kita belajar mandiri dan produktif. Pada rentang usia yang sekarang disebut dengan istilah 'kaum milenial' seharusnya sudah mampu memberi manfaat kepada orang tua dan orang lain di sekitarnya. Inilah masanya bagi kita untuk belajar memberi selain menerima (take and give).

Nah, saat umur kita memasuki fase dua puluh tahun yang ketiga dari usia 40 tahun hingga seterusnya sudah seharusnya kita lebih banyak memberi dibanding menerima. 

Pada masa ini kita dituntut untuk mengganti semua yang pernah kita terima sedari kecil hingga remaja. Kalkulasi seperti ini untuk menimbang apakah hidup kita sudah lebih baik dari perjuangan dan pengorbanan kedua orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline