Lihat ke Halaman Asli

Dhany Saputra

Peneliti DNA

Dewasa atau Masih Kekanak-kanakan?

Diperbarui: 25 September 2018   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

violetraindrops.wordpress.com

Mungkin ada yang pernah denger ujaran "dia dewasa banget orangnya", atau "ah dia emang gitu, agak kekanak-kanakan"?

Pada dasarnya semua orang melewati proses namanya pendewasaan. Ada yang umur 40an tapi masih di tahap awal masa pendewasaan. Ada juga yang umurnya masih awal 20an tapi pemikirannya sudah sangat dewasa. Menurut penulis, proses pendewasaan manusia bisa dikategorikan dalam 4 fase:

1. Fase tiru-tiru

Di fase yang didominasi anak kecil dan remaja ini, kita meniru apa yang dilakukan orang sekitar. Meminjam istilah Artificial Intelligence, kita belajar dengan metode reinforcement learning.

Kalau yang kita lakukan dianggap benar oleh orang-orang, kita akan dapat reward. Bisa berupa pujian, hadiah, like di Facebook, senyuman, atau makin banyak teman. Kalau salah, kita akan dapat hukuman, cacian, dimarahi, dijauhi, atau bahkan harus keluar duit banyak. Dan hal ini dianggap masih sangat penting buat kita-kita yang ada di tahap ini.

Kita akan selalu bergantung sama reaksi orang lain. Definisi bahagia buat kita adalah saat lingkungan setuju atau bereaksi positif atas perbuatan kita. Hidup kita akan selalu mencari restu lingkungan, guru, dosen, teman, atau orang tua. Kita akan selalu memvalidasi setiap perbuatan kita, apakah sesuai dengan norma setempat atau nggak. Kita selalu pengen dicap sebagai orang baik, anteng, dan penurut.

theasianparent.com

Tujuan hidup kita di fase ini adalah belajar beradaptasi dengan lingkungan, aturan, dan kebiasaan setempat. Buat kita, peribahasa "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" itu nomor satu.

Biasanya fase ini berakhir di usia 18 atau maksimal 20. Tapi di Indonesia banyak yang masih bergumul di tahap ini bahkan sampai umur 30an atau 40an, atau sampai pensiun. Dan begitu sadar, kita menyesal di kemudian hari.

Beberapa dari kita bertahan cukup lama di fase ini, padahal udah tua, soalnya lingkungan nggak mendorongnya, atau bahkan menghukum kalau kita mau mandiri dikit aja. Kita yang di level ini cuman ngira mandiri itu artinya bisa mandi sendiri, bisa apa-apa sendiri, padahal bukan cuman itu.

Kata-kata kayak "makanya dibilangi orang tua harus nurut" sangat melekat di pikiran orang di fase ini. Nggak jarang metode gaslighting diterapkan orang-orang tua atau lingkungan sekitar untuk mengarahkan kita kembali ke "jalan yang benar" menurut adat setempat.

Gaslighting.shutterstock

Kita yang berada di fase imitasi ini akan bersifat agak kekanak-kanakan. Nggak mau dihakimi, nggak mau dikomentarin aneh-aneh sama orang lain, sehingga harus menyenangkan semua orang.

Kita di fase ini jadi makhluk sanguinis. Kita takut dianggap beda dan menyimpang, sehingga berusaha keras mengikuti aturan setempat. Tapi seberapapun usaha kita menyatu dengan lingkungan, itu nggak akan pernah cukup. Kita akan setiap saat belajar hal baru tentang aturan dalam bermasyarakat. Soalnya lingkungan selalu punya standar dan ekspektasi.

2. Fase mencari jati diri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline