Assalamu’alaikum, Sobat Renaissans.
Melanjutkan topik kita mengenai pemujaan yang dilakukan secara berlebihan. Kali ini kita akan membahas subtema tentang “Pemujaan Tokoh”.
Tak jauh berbeda sebenernya dengan pemujaan berlebih terhadap golongan, akan tetapi pemujaan kepada tokoh ini lebih menitikberatkan nilai benar-salah dan baik-buruk kepada individu.
Pemujaan berlebih kepada seorang tokoh bisa jadi lebih fatal dari pada pemujaan berlebih kepada golongan. Mengapa? Karena para jamaah menjadi dapat menyetujui seluruh apa yang diucapkan oleh tokoh tersebut tanpa pikir panjang.
Para jamaah juga dapat membenci suatu hal yang dibenci oleh tokohnya tanpa pikir panjang. Kemudian menutup mata, telinga, dan hati mereka kepada tokoh atau golongan yang dibenci oleh panutannya, meskipun hal yang disampaikan tadi ialah baik dan tidak bertentangan dengan syari’at agama islam.
Sekali lagi penulis tekankan bahwa memuji seseorang, mengagumi seseorang, memotivasi seseorang dengan pujian, boleh-boleh saja, asal tidak berlebihan (Ghuluw). Tidak menganggap bahwa tokoh yang dipandang baik olehnya lebih baik dari tokoh lain. Tidak pula menganggap bahwa segala yang disetujui tokoh tersebut berarti benar dan segala yang ditolaknya berarti salah.
Diriwayatkan dari Abu Bakr radhiya Allahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seseorang yang memuji orang lain di sisi Nabi shalla Allahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Nabi shalla Allahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَيْلَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ
Artinya: “Celaka kamu, kamu telah memenggal leher sahabatmu, kamu telah memenggal leher sahabatmu.”
Beliau mengucapkan kalimat tersebut berulang kali, kemudian bersabda: