Lihat ke Halaman Asli

Dhani Sugesti

Penulis Sastra

Puisi | Tentang Asap Lebaran, Hujan yang Segera Pulang, dan Api Tetap Abadi

Diperbarui: 4 Juni 2019   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada apa kubariskan kecemasan musim, ketika rintik hujan belum juga berakhir, dan jalanan masih basah oleh cerita di masa silam. Engkaukah itu istanaku? tanyamu buatku tersipu

Ayolah berdamai dengan hujan, tak perlu terus berselisih malam. Sambil kupakai jaket beludrumu itu, gigil ini sudah berakhir. Berkat senyum gigi berginsul, kau selalu ingin di atas sampai terbaca apa yang terahasia di dada. Susungguhnya, adamu damai

Ingin kubangun untukmu rumah cinta di tengah sawah dan ladang kasih sayang kita, dianyam bambu setia. Seperti pohon pisang yang tidak pernah mati sebelum bertunas dan berbuah keabadian. Aku milikmu, lalu kau tepis ke tepi jalan

Bayangkan jika Masjid yang kita bangun dikelilingi kolam ikan yang gembira! Ucapnya sambil tertawa. Seperti biasa aku tak punya kata-kata, engkau mulai berkemas menjadi pengembara ke desa-desa yang jauh, sambil memandang foto kenangan yang begitu lekas berubah warna.

Tentang asap Lebaran yang kita hisap, hujan yang segera pulang, dan api yang tetap abadi, kita pasti kembali, ke pangkuan sunyi

Tiba-tiba kita ingat begitu banyak sengketa
pada hari raya yang selalu tertunda
seperti tahun lalu, di pekuburan itu

hari-hari yang lapar terus berdentang
menembus malam takbir bersahutan
disemogakan leluhur-leluhur silam
Marilah, kita saling maaf-memaafkan

04/06/2019

Minal Aidzin wal Faidzin

Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Selamat pada Pemimpin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline