Lihat ke Halaman Asli

Dhani Sugesti

Penulis Sastra

Ketika Detak Jarum Jam Harus Berhenti

Diperbarui: 1 Mei 2019   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia tak mengenal waktu, ruang dan jeda
hidupnya sama saja, seperti jarum jam yang terus bekerja
di terik mentari, dinginnya hujan, atau gelapnya malam
sama saja. Keringat tetap tumpah untuk selembar upah

Ia tak perlu hari perayaan Nasional
diliburkan sama artinya tidak makan
sebab jam yang berhenti bedetak
akan dibuang dan dilupakan

Tersebab Tuhan anugrahkan kepemimpinan
manusia adalah buruh bagi manusia lainnya
ada yang terpasung ada juga berijiwa merdeka
selebihnya penikmat kehidupan fana

Kita adalah buruh, bergelut dengan waktu
hingga raga mengaduh, jiwa mengeluh runtuh
namun kehidupan kita tak pernah utuh
sejatinya, dunia ini tercipta berkat tenaga buruh

Ia akan berganti, ketika jarum jam berhenti
mengisi relung sepi kehidupan duniawi
ketika raga merapuh, jiwa ingin bersimpuh
bisa jadi, Tu(h)an ada hasil jasa pekerja buruh

Bayarlah mereka, sebelum keringatnya mengering!

.

Banten, 01-05-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline