Lihat ke Halaman Asli

Pernah Baca Seri Lupus yang Ini? Unsur dalam Novel Tragedi Sinermata

Diperbarui: 27 Februari 2018   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ncurkblog.blogspot.com

Di dunia ini, banyak sekali karya sastra dan macam-macamnya, salah satu karya sastra yang sangat popular sampai kala ini adalah novel. Novel memiliki manfaat yang sangat banyak. Karya sastra novel ini mengandung keindahan yang dapat menimbulkan suasana berbeda bagi setiap pembacanya. Banyak sekali tema yang diangkat dalam novel, oleh karena itu, pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.

Telah banyak karya sastrawan Indoneisa yang terkenal. Salah satu dari novel terkenal di Indonesia adalah Novel Tragedi Sinemata. Novel karya Hilman ini adalah buku seri Lupus yang ke-4 dan diterbitkan pertama kali pada bulan Oktober tahun 1987. Buku ini berisi cerita lepas sang pengarang. Sedangkan untuk gambar dan Ilustrasi dalam buku ini dibuat oleh Wedha Abdul Rasyid yang berprofesi menjadi seniman

Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat "mengikat" kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema dibagi menjadi dua secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).

Tema dari novel seri ke-4 Lupus ini adalah menceritakan seorang anak yang bernama Lupus dan teman-temannya yang diajak bermain film oleh sutradara, tetapi sutradara tersebut membatalkannya karena mereka masih pada muda dan masih pada suka bercanda dalam latihannya . seperti dalam dialog yang ada di dalam novel, dibawah ini .

Besoknya secara nggak sengaja Lupus ketemu sang produser di kantor Hai. Dengan wajah menyesal, beliau menyampaikan kabar duka bahwa mereka nggak jadi pakai Lupus cs untuk peran pembantu, sebab kata sutradara,

"Kalian masih hijau sekali. Susah diarahkan. Latihannya suka bercanda terus. Belum lagi kita harus mendaftar kalian ke Parfi sebagai pemain baru. Bayarnya mahal sekali. Kita toh tak mau mengambil resiko itu. Jadi..."

Lupus tak menyimak lagi, apa yang dikatakan sang produser. Dia cuma bengong. Bagaimana cara nyampein kawat duka itu ke teman-temannya? (hal. 85 pdf)

Walaupun mereka sedikit merasa kecewa dan malu dengan keputusan sutradara tersebut, mereka juga mengikhlaskan bahwa mereka tidak jadi bermain film karena itu adalah tragedi yang menyadarkan mereka bahwa bermain film bukanlah tempat mereka, seperti dialog dibawah ini .

"Kamu betul, Im. Hal ini sangat menyakitkan. Tapi saya harus ngomong

sama kamu semua. Meski rasanya berat, tapi harus!"

Fifi, Gito, Aji, Gusur, dan Boim jadi tegang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline