Lihat ke Halaman Asli

Dhana Septiandani

Pelajar/Mahasiswa

Diapedesis Demi Pertahanan Tubuh

Diperbarui: 26 November 2017   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selamat datang kembali para pembaca, pada artikel saya yang keempat ini saya akan membahas mengenai salah satu kemampuan leukosit pada tubuh kita yaitu diapedesis. Oleh karna itu, saya ingin mengajak para pembaca untuk memahami lebih dalam lagi jenis leukosit manakah yang dapat melakukan diapedesis, leukosit jenis granulerkah? Ataukah leukosit dengan jenis agranulerlah yang mampu melakukan diapedesis? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu leukosit agar pembaca dapat semakin memperdalam materi kali ini dengan lebih baik.

Leukosit atau yang biasa lebih dikenal dengan sebutan sel darah putih ini mempunyai tugas yaitu untuk membantu tubuh melawan serangan dari luar maupun dalam yang dianggap mengganggu dan mampu menyebabkan infeksi dan penyakit, disinilah leukosit mulai melakukan tugasnya sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak mempunyai warna, memiliki inti, bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap, dan memiliki kemampuan untuk menembus dinding kapiler dengan guna untuk mencapai tempat benda asing atau infeksi tersebut berada, kemampuan inilah yang disebut dengan diapedesis. 

Pada saat tubuh berada dalam kondisi normal, terdapat sekitar 4x109 hingga 11x109leukosit  di dalam seliter darah manusia dan terdapat sekitar 7000 hingga 25000 sel per tetesnya. Sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh yang dipercaya untuk menjaga kesehatan serta pertahanan tubuh manusia, leukosit yang bertanggung jawab atas sistem imun tubuh yang bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.

 Leukosit bukanlah jenis sel yang bergantung pada suatu organ atau jaringan tertentu, mereka lebih pada kerja dengan cara independen atau mandiri seperti organisme sel tunggal. Karena cenderung tidak terikat pada apapun, leukosit jadi mampu untuk bergerak secara bebas dan berinteraksi untuk menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup dengan lebih leluasa. Namun, leukosit diciptakan tidak dapat bereproduksi atau membelah diri karna mereka adalah produk dari sel punca yang ada di dalam sumsum tulang.

Setelah memahami sedikit mengenai leukosit dan diapedesis, perlu diketahui leukosit sendiri terbagai menjadi dua berdasarkan ada tidaknya granuler pada sitoplasma di dalam selnya yang berarti leukosit terbagi menjadi leukosit granuler dan leukosit agranuler. Leukosit granuler merupakan bentuk dari leukosit dengan granula spesifik dengan inti yang besar serta mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Leukosit granuler juga kembali terbagi menjadi tiga bagian yaitu, neutrofil, basofil, dan eusinofil  yang dibedakan berdasarkan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa, dan asam. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis leukosit granuler:

Neutrofil mempunyai hubungan dengan pertahanan tubuh yang berfokus pada infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya. Mempunyai inti dengan bentuk yang bervariasi antara lain batang, bengkok, dan bercabang-cabang. Sama dengan leukosit, neutrofil pun berguna untuk mencegah masuknya bakteri, dengan cara fagositosis terhadap bakteri dan sisa-sisa jaringan yang mati lainnya. Berjumlah sekitar 65%-75% dari jumlah seluruh leukosit yang berada di tubuh manusia.

Kemudian basofil, basofil memiliki nukleus berbentuk tidak beraturan yang cenderung lebih terlihat seperti huruf S dan bersifat fagosit. Basofil melakukan tugasnya dengan cara melepaskan hestamin dan heparin ke dalam darah. Heparin merupakan mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Merupakan salah satu pemicu dalam mencegah terjadinya pembekuan darah dalam pembuluh darah. Basofil juga secara tidak langsung ikut bertanggung jawab dalam memberi reaksi alergi dan antigen yang sesuai lewat hestamin yang nantinya akan menyebabkan peradangan hasil dari inflamasi.

Ketiga eusinofil, sama dengan dua lainnya eosinofil juga mempunyai sifat fagosit yang cenderung mempunyai warna merah oleh karna itu sel eusinofil jarang dijumpai pada sel darah putih. Berfungsi menghancurkan parasit dalam bentuk yang lebih besar. Jumlahnya akan meningkat dengan sendirinya saat terjadi reaksi alergi dan infeksi oleh parasit.

Jenis kedua dari leukosit berikutnya adalah leukosit agranuler. Leukosit agranuler tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya bersifat homogen dengan inti berbentuk koma atau seperti ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu limfosit dan monosit.

Monosit mempunyai satu inti sel berukuran besar dan berbentuk seperti ginjal. Monosit dapat melakukan diapedesis dan berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit akan membesar dan berubah menjadi makrofag. Makrofag bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama yang paling efektif dalam memberantas 'pengganggu'. Berjumlah sekitar 20%-30% dari jumlah sel darah putih di dalam tubuh dan memiliki umur paling panjang di antara yang lainnya. Tidak hanya terdapat dalam darah, monosit juga berada dalam jaringan limfosit.

Limfosit atau yang lebih umum disebut sebagai sistem limfa, bukanlah sel yang motil, mempunyai inti sel satu, dan berfungsi untuk kekebalan. Terdapat sekitar 25% limfosit dari seluruh jumlah sel darah putih di dalam tubuh. Sel dibentuk di dalam kelenjar limfa yang berada dalam sumsum tulang. Selain itu, dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil. Yang kemudian dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T. Limfosit T akan bermigrasi menuju kelenjar timus, sedangkan limfosit B akan tetap berada di sumsum tulang belakang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline