Selamat datang para pembaca, pada artikel saya yang ketiga ini saya akan berbicara mengenai pengaruh obat anti inflamasi pada otot, lebih tepatnya pada pengaruhnya terhadap perkembangan dan pertumbuhan otot. Untuk mengetahui lebih lanjut, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu inflamasi dan juga apa itu obat anti inflamasi.
Inflamasi merupakan suatu proses peradangan yang dapat disebabkan oleh suatu infeksi maupun non infeksi. Infeksi yang terjadi dapat berupa gangguan dari luar tubuh, yang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik atau yang juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi dari luar tubuh. Sedangkan untuk non infeksi, hal tersebut berarti inflamasi terjadi karena adanya suatu gangguan yang terjadi dari dalam tubuh misalnya inflamasi yang terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun atau karena aktifitas yang terlalu berlebihan yang memaksa jaringan-jaringan dalam tubuh untuk bekeja lebih juga dapat menjadi salah satu penyebab inflamasi.
Misalnya penggunaan otot pada latihan yang terlalu intens dapat menyebabkan peradangan atau cedera pada otot. Saat terjadi infeksi, sel inflamasi dalam pembuluh darah akan memicu terjadinya pembengkakkan, permukaan kulit terasa lebih hangat dibanding dengan area lain di sekitarnya, muncul ruam atau warna yang lebih kemerahan pada suatu area dibanding dengan area sekitar, nyeri, dan hilangnya atau berkurangnya fungsi dari jaringan tersebut.
Namun sebenarnya inflamasi dapat dikatakan tidak berbahaya bagi tubuh, inflamasi sebenarnya merupakan respon biologis kompleks dari jaringan vaskuler atas adanya bahaya, seperti pathogen, kerusakkan sel, atau iritasi yang terjadi pada tubuh atau yang juga dapat dikatakan sebagai salah satu usaha perlindungan diri tubuh kita dan juga inisiasi proses penyembuhan jaringan. inflamasi terjadi ketika terdapat suatu bagian pada tubuh yang mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhannya. Inflamasi dimulai ketika sel tubuh mengalami kerusakan dan terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi sistem imun.
Inflamasi sebagai respon imun pertama bertujuan untuk merusak zat atau objek yang dianggap asing dan berbahaya bagi tubuh, baik itu sel yang rusak, bakteri, ataupun virus. Proses inflamasi terjadi karena dikeluarkannya suatu hormon mediator yang disebut sebagai prostaglandin. Adanya prostaglandin yang dihasilkan karena adanya gangguan atau kerusakan pada suatu jaringan yang dianggap berbahaya bagi tubuh, yang selanjutnya akan memediasi atau memperantai untuk dihasilkannya suatu zat yang berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak, yang dikenal sebagai sitokine. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut penting dalam proses penyembuhan.
Mekanisme inflamasi diawali dengan adanya iritasi, dimana sel tubuh memulai proses perbaikan sel tubuh yang rusak. Sel rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk nanah. Kemudian diikuti dengan proses terbentuknya jaringan-jaringan baru untuk menggantikan yang rusak. Mekanisme inflamasi hanya diperlukan dalam kondisi tertentu saja, oleh sebab itu pada umumnya inflamasi tidak terjadi dalam waktu yang lama. Sebaliknya saat inflamasi terjadi dalam waktu yang lebih lama dari waktu yang dibutuhkan, hal tersebut cenderung bersifat merugikan.
Ini karena zat atau organisme pemicu inflamasi yang mampu bertahan lama pada pembuluh darah akan mengakibatkan penumpukan plak. Plak dalam pembuluh darah tersebut justru dianggap sebagai zat berbahaya dan akibatnya proses inflamasi akan kembali terjadi. Akhirnya terjadilah kerusakan pada pembuluh darah. Kerusakan akibat adanya sel inflamasi dapat terjadi pada pembuluh darah tubuh, jantung hingga ke otak.
Setelah mengetahui apa itu inflamasi, sekarang saya akan menjelaskan apa itu anti inflamasi. Anti inflamasi merupakan obat yang dapat menghilangkan radang yang muncul sebagai respon cedera jaringan dan infeksi. Agen-agen anti inflamasi mempunyai khasiat tambahan seperti untuk meredakan rasa nyeri dan maupun penurun panas yang disebabkan oleh inflamasi. Proses inflamasi dimodulasi oleh mediator-mediator peradangan yang diproduksi oleh tubuh. Karena itu untuk mengatasi peradangan ini dilakukan dengan penggunaan obat yang mengurangi proses peradangan atau anti inflamasi.
Obat anti inflamasi dapat berasal dari hormon dan juga non hormon. Hormon yang digunakan sebagai anti inflamasi adalah hormon steroid. Sehingga berdasarkan penggolongan tersebut, obat anti inflamasi dibedakan menjadi obat golongan steroid atau kortikosteroid contohnya seperti dexametason atau prednisone, dan obat golongan non steroid atau NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) contohnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, meloxicam, dan natrium diclofenac. Kedua obat ini tentunya memiliki efek yang berbeda terhadap otot.
Berbeda dengan steroid anabolic yang biasa dipergunakan untuk menambah masa otot pada mereka yang berusaha menambah masa orot, salah satu efek samping dari penggunaan jangka panjangnya pada golongan steroid dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya massa otot. Pada golongan non steroid dapat menyebabkan peningkatan ukuran dan massa otot yang dikaitkan dengan adanya perbaikan kondisi pada mereka yang mengalami nyeri otot sehingga kapasitas dan kemampuan latihan meningkat. Penyebutan steroid dan non steroid sebenarnya hanya sebagai pembeda dengan jenis anti inflamasi lain yang bersifat steroid.
Perbedaan mendasar antara bentuk anti inflamasi steroid dengan non steroid terletak pada cara kerjanya. Jenis steroid cenderung lebih dini dalam mencegah respon nyeri pada tubuh sehingga cocok untuk jenis trauma atau kerusakan jaringan yang lebih berat. Sedangkan jenis non steroid sifatnya lebih dangkal sehingga cocok digunakan untuk jenis luka dan trauma yang lebih ringan. Biasanya bersamaan dengan inflamasi atau peradangan, akan muncul demam dalam berbagai skala.