Lihat ke Halaman Asli

Yuk Berhenti Bully

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahu tidak kawan-kawan arti bully itu apa? Bully adalah suatu tindakan dimana seseorang di intimidasi atau dikucilkan oleh suatu kelompok atau individu dimana seseorang itu bersosialisasi. Kasus bullying kebanyakan terjadi lingkungak sekolah dan lingkungan bermain seorang anak dirumah. Bully ini dapat mempengaruhi seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Seseorang yang mengalami bully bisa menjadi malu, malas dan yang paling parah adalah takut untuk bersosialisasi. Jkika sudah takut untuk bersosialisasi maka sudah orang tersebut akan merasa minder dan tidak punya teman. Bully sendiri menurut saya bak pedang bermata dua. Bisa positi dan bisa negatif. Untuk dampak negatif contoh-contohnya sudah saya sebutkan diatas.

Selain dampak-dampak bullying yang telah dipaparkan di atas, penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut:
1. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian (Rigby K. 2003).
2. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korbam merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
3. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet tangannya (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
4. Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et all.1999).
5. Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).
6. Kesulitan konsentrasi; rasa takut berkepanjangan dan depresi (Bond, 2001).
7. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis (Banks R., 1993).
8. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.
9. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga (Rigby, K, 1999).
10. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah (Rigby, K, 2003). (http://www.psychologymania.com/2012/06/dampak-bullying-bagi-siswa.html )

Nah, sudah lihat kan bahwa dampak bully itu tidak cuma dialami korban tapi pelaku juga. Pelaku bully yang sudah terbiasa akan memelihara dan sikap membullynya akan terbawa sampai dewasa. Saya sendiri pernah jadi korban bully maupun pelaku bully. Bahkan hingga sekarang sudah berstatus (katanya sih) mahasiswa saya masih melakukan bully terhadap teman saya sendiri, adik atau saudara. Semua itu terjadi mungkin karena saya terbiasa melakukan bully. Dalam membully seseorang kita akan merasa senang jika korban kalah. Kita merasa puas dan menang. Tapi kita tidak pernah memikirkan dampak apa yang korban rasakan. Dan itu pula yang saya lakukan. Ketika saya membully seseorang saya tak pernah memikirkan apa dampak yang dia rasakan. Pokoknya saya senang, saya puas, saya menang. Hal-hal seperti inilah yang berbahaya. Saya tak perlu mengambil contoh orang lain karena saya sendiri melakukannya. Hal ini saya yakin bukan hanya saya seorang yang melakukannya bisa puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang yang melakukannya. Sekarang sudah tahu kan sebegitu bahayanya dampak yang dihasilkan dari satu kata ” BULLY ” tersebut? Contoh juga adalah adik saya. Adik saya waktu TK dan SD kelas 1 cukup rajin dan kalau diajak belajar masih bisalah. Tapi semua berubah ketika teman-temannya suks membully dia. Adik saya jadi malas sekolah, malas belajar dan malas bersosialisasi dengan teman sekolahnya. Alhasil adik saya 2 kali tidak naik kelas dan akhirnya masuk Sekolah Luar Biasa. Disana adik saya merasa menemukan dunianya. Dunia tanpa bully. Saat ini adik saya sudah kelas 2 SMALB. Menurut guru sih dia termasuk Tuna Grahita. Bahasa kerennya sih IQ kurang kalau saya nangkapnya. Mungkin IQnya kesedot ke saya semua. Maafkan kakakmu yang jahat ini ya dek.

Saya tadi kan juga bilang bahwa bully itu bak pedang bermata dua. Nah, yang saya uraikan diatas adalah dampak negatif dari kebiasaan bully. Lalu emang bully punya manfaat? Menurut saya setiap persoalan itu pasti ada untungnya dan ada ruginya juga. Begitu pula dengan bully. Menurut saya bully bemanfaat bagi seseorang yang mentalnya tinggi. Bully melatih mental seseorang. Tak usah jauh-jauh, contohnya saya lagi. Saya merasa menjadi biasa saja ketika dibuly dan justru meningkatkan mental saya. Bully juga melatih kesabaran kita dalam menghadapi cobaan-cobaan Allah. Karena apa? Karena cobaan-cobaan dari Allah pasti lebih dahsyat dari sekedar dibully. Jad mental kita makin terasah dan kita makin belajar bersabar. Akan tetapi tetap saja dampak buruk yang ditimbulkan dari kebiasaan BULLY lebih banyak. Oleh karena itu saya mengajak teman-teman untuk membuka mata hati kita. Lihat lingkungan sekitar kita. Masih banyak praktek BULLY terjadi. Sudah saatnya praktek dan kebiasaan BULLY ini dihentikan. Jika tidak sekarang mau kapan lagi? Saya mulai hari ini mengajak teman-teman untuk #BerhentiBully. Bagi yang terbiasa seperti saya, terutama antar pendukung tim sepakbola pasti pada saling bully ketika satu tim menang atau kalah pasti sulit juga meninggalkan dan menghilangkan kebiasaan ini. Tak apa apa, mari bersama belajar sedikit demi sedikit. Ibarat pepatah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Oleh karena itu MARI #BerhentiBully

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline