Lihat ke Halaman Asli

Wanita

Diperbarui: 3 Oktober 2018   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau adalah gemerlapnya bintang di langit malam, kau adalah pendar rembulan di angkasa sana, kau adalah matahari di tiap waktu yang tercipta dari ruang tulang rusuk seorang lelaki .

Kau mempesona taman firdaus, mewangi indah di kerajaan kalbu saat kau tabur sayembara cinta bertajuk rindu yang  berhiaskan permadani selimut berduri, meski asa akan menjadi serpihan kaca dari gelas yang tertuang cintamu,namun  rasa itu kadang terendam tak bergaung karena hatimu  terlalu dalam untuk di selami.

Dirahimmu akan tumbuh anak-anak penerus generasi yang baik dan buruk saat kau tebarkan benih kasih ketulusan atau kebencian, di pundakmu tersimpan sejuta beban kehidupan yang membutuhkan ketegaran jiwa dan ragamu kala seseorang dapat memahami, mengerti juga perhatian yang tulus .Karena hatimu haus akan kasih sayang .

Wajahmu mungkin bukan yang tercantik di  semesta raya,senyummu bukan pula yang terindah di dunia, namun bila di pancarkan  dalam kelembutan berbalut ahklak budi pekerti mulia akan memancarkan kedamaian dan kesejukan laksana embun pagi membasahi rerumputan di mana tumbuh satu demi satu kehidupan yang baru.

Langkahmu gemulai laksana mega beriringan di langit biru berhiaskan pelangi, lembut....anggun penuh  pesona,karena kau adalah pancaran dari semua keindahan dan keagungan maha pencipta-Mu . 

Kau ada bagai pelita yang menerangi  kegelapan ,pelengkap bagi kehidupan yang sempurna. Karena Engkau  tercipta untuk melengkapi apa yang tidak ada dalam diri seorang laki-laki .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline