Surakarta –Layar tancap yang merupakan bagian dari Bioskop Keliling (Bioling) UMY itu terlihat besar, hadir sebagai bagian dari acara Muktamar Muhammadiyah ke–48 yang sedang berlangsung meriah.
Beberapa panitia Boiling terlihat sibuk mengoperasikan alat-alat di tengah ramainya orang berlalu lalang untuk memutar filmnya. Panas terik Kota Solo tidak menyurutkan mereka untuk mendirikan dan menayangkan film yang sudah disiapkan.
Ada 2 film yang ditayangkan selama berlangsungnya muktamar; film K.H. Ahmad Dahlan Sang Pembaharu dan film Seragam Muktamar. Ternyata, memutar film di tempat terbuka seperti ini memiliki banyak kendalanya. Hal inilah yang dirasakan oleh panitia boiling ini.
Bioskop Keliling dilaksanakan sejak hari pertama muktamar hingga hari terakhir. Dalam pelaksanaannya. layar tancap mereka sering kali diguyur hujan lebat dan terjemur terik matahari di kesempatan lain.
Meskipun peralatan boiling ini sudah dinyatakan tahan air, para panitia tidak mau ambil resiko. Mereka memutuskan untuk mengamankan alat-alat penting agar tidak rusak diguyur hujan deras. Panitia tidak menghiraukan baju mereka yang basah kuyup hingga berujung badan mereka menggigil kedinginan. Mereka hanya ingin semuanya dapat dibereskan agar keesokan harinya semua peralatan masih berfungsi dengan baik.
Meskipun demikian, ada yang luput dari dugaan panitia. Layar tancap yang terguyur hujan deras setiap harinya membuat pegangannya tidak kokoh lagi. Di hari terakhir Muktamar, layar tancapnya roboh dan tergeletak di tanah karena patah.
Bioskop keliling pun tidak bisa melanjutkan kembali aktivitasnya untuk memeriahkan Muktamar di hari terakhir. Meskipun kecewa, tak ada yang bisa dilakukan oleh panitia selain membereskan seluruh peralatannya di tengah guyuran hujan.
Kendala lain yang dihadapi bioskop keliling tidak hanya itu. Dari awal panitia diuji kesungguhan mereka dalam memeriahkan muktamar ini. Ternyata, mobil bioskop keliling ini cukup sulit menuju tempat acara.
Tanah basah dan licin akibat guyuran hujan membuat mobil tidak dapat bergerak sehingga harus dibantu beberapa panitia dengan cara didorong bersama-sama selagi gerimis. Perjuangan para panitia ini sangat totalitas karena tidak ingin acara rusak dan bisa berjalan dengan lancar.
Melihat kesungguhan mereka, tentu lontaran pujian perlu disampaikan kepada mereka. Panitia yang seluruhnya ternyata masih berstatus mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini sudah ikut memeriahkan dan menjadi bagian dari kesuksesan acara Muktamar.