Lihat ke Halaman Asli

Empuss Miaww

Free thinker

Perjumpaan di bangku taman

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

googling

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="googling"][/caption]

Sedetik semua warna menjadi merah di mataku, sebelum berangsur angsur normal setiap aku berjumpa dengan dirinya, yang sedang duduk sendirian di bangku itu saat dingin menggigit tulang dan aku memakai jacket yang tebal untuk mengusir dingin ditemani satu termos kopi hangat duduk berdua dengan dirinya di taman itu.

Pertama aku mengenalnya saat dia menangis sendirian di bangku itu, aku mencoba menghiburnya, namun dia marah, namun berangsur angsur kemudian kembali menjadi adem saat dia sadar bahwa aku tidak bermaksud untuk mengganggunya.

Kemudian mengalirlah cerita – cerita mengenai dirinya, sudah beberapa malam aku membawa jacket, sebuah termos berisi kopi hangat, duduk di bangku taman itu hanya untuk mendengarkan ceritanya saja, getir,,, menurutku. Entahlah bagaimana respon teman – teman ku jika aku bercerita tentang gadis yang aku temui di bangku taman itu.

Bermula dari masa remajanya, yang dipenuhi kehidupan hura hura khas gadis remaja umumnya, mencoba segala hal yang baru, sesekali mencoba untuk pulang pagi, hanya untuk merasakan sensasi kemabukan, ah, dasar remaja, pikirku,,,

Ceritanya pun berlanjut sampai kepada kecanduan dia akan dunia malam yang sangat dia nikmati, seks bebas, drug dan alcohol adalah kehidupannya sehari hari, padahal dia bukan berasal dari keluarga “broken home” yang biasa kita dengar saat membaca kisah para remaja yang ngedrugs, freeseks dan alkoholik, kesalahan dia hanyalah pergaulan yang salah dalam memilih teman.

Meski dia pernah menikmati hidupnya, namun tetap saja dia dia takluk oleh cinta, cinta itu datang tanpa melihat siapakah seseorang itu sebenarnya, yah, dia jatuh cinta, kepada seorang mahasiswa yang kehidupan sehari harinya biasa saja.

Sang mahasiswa tersebut rupanya kurang menyukai dunia hura hura, termasuk kepada orang yang terjatuh kedalamnya, meski dia telah mencoba segala macam upaya untuk menaklukkan sang pria, dia tetap teguh kepada pendiriannya untuk menolak cinta sang wanita.

Tak terasa sudah 20 malam, dan 20 kali kami duduk di bangku taman itu, mendengarkan cerita dirinya, namun entah kenapa, beberapa malam ini dia tidak hadir, kemanakah dia? Ah sebaiknya esok siang akan aku cari siapakah dia sebenarnya, sungguh aku sangat tertarik kepada cerita dirinya.

*****

[caption id="" align="aligncenter" width="644" caption="googling"]

googling

[/caption]

Siang – siang aku telah sampai ke tempat aku dan dia biasa bertemu, sebuah bangku ditengah taman, aku berjalan menyusuri lintasan makam – makam yang berjejer rapi, kulihat satu – persatu nama yang tertulis di batu nisan itu.

Langkahku terhenti pada satu makam yang sangat menarik perhatian ku,,,

Telah beristirahat dengan tenang

Marry Jean Locco

14 – 01 – 1979

24 – 12 – 2000

Hmm,,, sudah sepuluh tahun lebih dia meninggal, pikirku. Kutaruh sekuntum bunga mawar di atas nisan itu, sambil berujar “ semoga engkau beristirahat dengan tenang di alam sana”.

Kuhidupkan rokok yang tersimpan disaku baju, kunikmati pemandangan makam makam yang berjejer disana, dan perlahan aku pergi dari bangku di tengah taman yang diam membisu itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="499" caption="googling"]

googling

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline