Ya, setidaknya dua hal itulah yang saya dengar banyak diperbincangkan oleh orang-orang di hari ini... Berita pertama: mengenai penurunan kelulusan UN saat saya mempir di sebuah kios untuk membeli sebotol air mineral sehabis mekan siang tadi, samar-samar saya mendengar suara TV, kebetulan sang pemilik kios sedang menonton siaran berita. Isi dari berita itu intinya menerangkan tentang penurunan tingkat kelulusan UN 2010.. [caption id="attachment_81" align="aligncenter" width="300" caption="headline kompas hari ini: "Hasil UN Mengejutkan.""][/caption] Hasil UN 2010 memang baru diumumkan senin kemarin.. Seperti biasa, hasil UN itu diumumkan di berbagai koran lokal. Namun, sebelum hasilnya dipublikasikan senin lalu, sebenarnya berita mengenai penurunan tingkat kelulusan UN sudah merebak di berbagai media, terutama di media cetak (setidaknya itu yang saya ikuti). Penurunan tingkat kelulusan UN yang signifikan di antaranya terjadi di Provinsi DI Yogyakarta dan Bali. Selengkapnya bisa dibaca di sini dan di sini Yang menggelitik saya adalah judul berita yang satu ini: [caption id="attachment_82" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: detik.com"] [/caption] hmm.. apa artinya semua ini? Kalau interpretasi saya sih, kalau mau lulus ya nggak usah jujur aja... nggak usah belajar. Hmm, betapa tidak adilnya UN selama ini. Siswa-siswa yang belajar mati-matian dan berusaha untuk menjunjung tinggi kejujuran malah tidak lulus. Sedangkan Siswa yang selama 3 tahun tidak pernah serius dalam menuntut ilmu bisa lulus dengan mudah karena mendapat SMS bocoran. Siswa yang rajin belajar juga sering dituntut untuk membocorkan jawabannya kepada siswa lain yang malas belajar atas dasar kesetiakawanan. @#$%$@!!! Ternyata peningkatan kelulusan UN selama ini yang dibanggakan pemerintah sebagai indikator kemajuan pendidikan Indonesia sebenarnya tidak lebih dari peningkatan kemerosotan moral siswa dan guru di Indonesia.. Betapa kejam UN ini... Semalam sebelum pengumuman UN, saya sempat mendengar sebuah talkshow di Radio Elshinta bersama pakar pendidikan, Arief Rachman. Dalam acara tersebut, beliau mengungkapkan harapan-harapannya mengenai UN, di antaranya, standar kelulusan UN seharusnya disesuaikan dengan kondisi tiap wilayah di Indonesia yang berbeda-beda kualitas pendidikannya (mengingat sarana & prasarana yang belum merata). Selain itu, kelulusan UN seharusnya tidak dietntukan oleh standar tertentu yang mutlak, tetapi ditetapkan oleh kepala sekolah setempat, setelah dipadukan dengan nilai-nilai lainnya (bukan hanya nilai UN saja). Di akhir talkshow, beliau juga mengutarakan harapannya mengenai pendidikan Indonesia. Duta UNESCO ini berharap, pendidikan Indonesia nantinya tidak hanya memperhatikan kecerdasan intelektual saja, namun siswa juga harus cerdas secara moral dan secara mental. Fiuhh, kalau saya melihat orang-orang seperti Pak Arief Rachman ini, tak henti-hentinya saya bersyukur, masih ada ternyata orang yang sepenuh hati berjuang demi penddikan Indonesia yang lebih baik. Pertanyaannya sekrang adalah, siapa ya anak muda yang nanti akan menjadi pengganti Pak Arief Rachman?? Tokoh muda terakhir yang saya lihat menjadi headline berbagai media, Gayus Tambunan, ternyata prestasinya tidak lebih dari menjadi makelar kasus... Mudah-mudahan anak muda Indonesia yang seperti itu cuma Bung Gayus saja... Amien... Berita Kedua: "MasyaAllah, panas banget hari ini..." [caption id="attachment_84" align="aligncenter" width="300" caption="Panas... panas.. panas... --> nyanyi lagu GIGI, soundtrack of the day..."] [/caption] Ya, pada perjalanan singkat saya sehabis makan siang tadi, sekilas saya mendengar perbincangan ibu-ibu yang berpapasan dengan saya.. Kira-kira seperti ini cuplikan perbincangannya: Ibu1: "MasyaAllah, panas banget hari ini..." Ibu2: "iya, lah.. orang suhunya sampai 36 derajat Celcius..." --> luar biasa... ternyata ibu yang satu ini punya kemampuan super sebagai termometer berjalan... Layak menjadi salah satu tokoh serial Heroes... (ngaco,,) Tapi memang beberapa hari ini cuaca terasa luar biasa panasnya, sampai-sampai rasanya nggak mau keluar dari kosan aja seharian... Makanya saya sampai betah gini di labkom dari pagi (karena labkomnya ber-AC.. he-he...). Teman se-kosan saya pun sudah mewanti-wanti saya sejak kemarin mengenai peningkatan suhu ini... Katanya: "Dit, 4 hari ke depan jgn pake baju item.. Soalnya matahari lagi berada pada posisi terdekatnya dengan bumi, makanya beberapa hari ke depan cuaca bakalan panas banget..." Dan saya pun hari ini ke kampus dengan menggunakan pakaian berwarna putih-biru dengan rok hitam... dan satu tips lagi, kalau jalan cepet-cepet aja, supaya tidak terlalu banyak terpapar dengan sinar matahari... Semakin lambat kecepatan berjalan, semakin lama pula kita terpapar sinar matahari... Makanya saya agak kesal jika ada orang yang berjalan lambat di depan saya (@#*(&*%#!!). Untungnya di UI masih banyak pepohonan yang bisa menjadi peneduh dan penyejuk saat suhu udara meningkat seperti ini... Untungnya pula di Depok nggak ada mafia hutan seperti di Riau yang dengan serakahnya membabat habis pohon-pohon di hutan lindung Riau dengan alasan peningkatan PAD, dsb... Dan, dari headline-headline yang ada hari ini, saya dapat menyimpulkan bahwa permasalahan bangsa ini bukan hanya markus saja. Masih banyak persoalan lain, di antaranya masalah pendidikan dan Lingkungan, yang sering sekali terlupakan oleh pemerintah karena hingar-bingar dunia politik yang lebih banyak disorot kamera... Semoga kasus Markus, Kasus Bibit-Chandra Part-2, atau pencalonan Jupe di Pilkada Pacitan tidak membutakan pemerintah bahwa pada kenyataannya masih banyak masalah yang tidak kalah pentingnya yang harus diselesaikan demi mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H