Pernyataan menarik disampaikan inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Almanzo Bonara belum lama ini. GMPG menilai saat ini ada anomali di tubuh DPP partai Golkar yang begitu kuat dan lantang menyuarakan Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden pada pemilu 2024. Tapi di satu sisi, performa masih jauh dari harapan.
Itu tak lepas dari performa Airlangga Hartarto dipandang belum layak masuk dalam panggung kontestasi pencapresan nanti. Airlangga dihadapkan pada situasi pelik; mandeknya elektabilitas dan kekhawatiran 'meledaknya' kasus pelaporan seorang perempuan bernama Rifa Handayani.
Dalam perjalanannya 'menjual' Airlangga, Golkar sejatinya sudah melakukan semua langkah-langkah konsolidasi partai dengan menggerakan semua instrumen partai, namun jika dilihat hingga saat ini, hasil survey (dari lembaga survey kredibel) menunjukan elektabilitas Airlangga Hartato tidak mampu mencapai angka diatas 5 persen dan hingga kini masih terus menerus berputar - putar dibawah angka nol koma persen.
Hal ini memperkuat asumsi publik bahwa Airlangga Hartarto selaku Ketua Umum Partai Golkar dan calon presiden kurang mendapat simpati publik dan tidak mendapatkan dukungan yang kuat dari rakyat. Terbukti, konsolidasi partai yang dilakukan selama ini tidak mampu mendongkrak Airlangga Hartarto secara elektoral selaku calon presiden.
Hal ini tentu menujukan bahwa Partai Golkar telah mengalami dekadensi konsep dan ide dalam mempersiapkan strategi kepemimpinan nasional. Sebab, secara eksistensial Partai Golkar ada, namun tak lagi mampu menjadi pendulum dan inersial dalam pentas kepemimpinan bangsa.
Penyebabnya lantaran lemahnya kepemimpinan partai dalam menjalankan kerja-kerja politik yang dapatdirasakan langsung oleh rakyat. Semua menjadi tersumbat akibat kerja partai yang sering terjebak dalam ruang seremonial semata, wajar bila Golkar semakin sulit meraih simpati publik.
Kondisi ini harus menjadi alarm yang serius bagi semua kader partai bahwa saat ini ada anomali dalam pengelolaan partai, mestinya dengan modal politik dan infrastrukur yang dimiliki oleh partai Golkar saat ini, harusnya mampu menunjang elektetabilitas Airlangga Hartarto selaku calon presiden yang diusung oleh Partai Golkar, dan tidak boleh kalah dengan capres lain, apalagi dengan capres yang tidak memiliki infrastruktur partai.
Golkar sebaiknya tak lagi mendaur ulang kesalahan Partai Golkar pada pemilu 2014 lalu. Jangan sampai terbebani elektabilitas Ketum, bisa membuat Golkar menjadi partai Gagal di 2024. Karena itu elite partai harus objektif dan bijaksana dalam mengambil kebijakan strategis bagi partai.(*)
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H