Persoalan mengenai kurang dan lemahnya minat membaca dan kemampuan literasi di Bangka Barat pastinya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita penduduk bumi Sejiran Setason. Hal ini sudah terjadi sejak lama tanpa adanya perubahan yang signifikan.
Riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, jika dilihat dari segi infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Berdasarkan serapan data dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diketahui ternyata minat baca masyarakat Bangka Belitung tergolong masih rendah, di mana pada Tahun 2021 hanya mencapai 61,81 persen.
Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh Pemkab, upaya peningkatan minat dan kemampuan literasi di bangka barat sudah dilakukan dari dulu, tetapi itu harus menjadi sesuatu yang harus digiatkan lagi oleh pemerintah. Tapi disisi lain ada banyak penggiat literasi di Bangka Barat yang peka akan adanya permasalahan serius dan krisis literasi di daerahnya.
Rita Orbaningrum, ia adalah salah satu penggiat literasi Bangka Barat, memberikan pengabdian dan dedikasinya melalui Pondok Baca Masyarakat yang didirikannya sekitar 6 tahun silam, beralamatkan di Jalan Kapten Alizein, Kp. Air Terjun, Kelurahan Sungai Daeng, Muntok.
Ia sosok yang tak pantang menyerah untuk terus mengembangkan minat membaca dan kemampuan literasi lewat Taman Bacaan Masyarakat yang diberinya nama Pondok Baca Ceria. Tak lepas dari itu, Pandemi Covid-19 kemarin juga tak menjadi hambatan bagi ia untuk terus memberikan dedikasinya kepada masyarakat di Bangka Barat melalui berbagai karya dan upayanya.
"Motivasi awal untuk mendirikan pondok baca ceria adalah sebagai sumber ajar, melihat situasi di lapangan pada waktu itu, buku itu sulit sekali, sedangkan akses gadget belum sepenuhnya ada, jadi untuk memenuhi tugas dari seorang guru Bahasa Indonesia, saya mendirikan taman bacaan ini sebagai sarana siswa untuk mencari buku dan informasi." Ucap Rita Orbaningrum, Rabu (14/12/2022).
Latar belakang awal ia mendirikan pondok baca ceria hanya sebatas media ajar dan sumber mencari buku saja, karena menurut ia, saat itu percuma jika animo ingin meningkatkan minat baca tapi jika bukunya tidak ada. Oleh sebab itu ia memfasilitasi anak didiknya untuk mencari buku dengan mendirikan pondok baca tersebut.
"Kebetulan saya mempunyai ratusan koleksi buku yang hanya dipajang di rak, maka dari itu terlintas di pikiran saya untuk membuka sebuah pondok baca. Setelah dibuka, banyak dari siswa, alumni dan masyarakat yang berpartisipasi menyumbangkan bukunya, dulu hanya ada sekitar 400 judul tapi sekarang sudah ada sekitar 4.000 judul." Tegas Rita, Rabu (14/12/2022).
Banyak siswa SMA Negeri 1 Muntok saat akhir pekan pergi ke pondok baca ceria untuk mengerjakan tugas sekolah, mencari informasi dan membaca buku, karena menurutnya penanaman minat membaca itu harus terus digalakkan terutama terhadap siswanya sendiri, ia ingin siswanya menjadi pelajar yang berwawasan luas dan mencintai buku.