Lihat ke Halaman Asli

Dewy Iriany

Marketing dan Water-Air Specialist

Studi Kasus: Kejadian Kontaminasi Air Minum dalam Kemasan

Diperbarui: 30 Juli 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Air minum dalam kemasan telah menjadi solusi praktis bagi banyak orang untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Namun, kejadian kontaminasi air minum dalam kemasan tetap menjadi ancaman serius yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Artikel ini akan membahas contoh kasus kontaminasi di Indonesia, dampak kesehatan yang ditimbulkan, serta tindakan yang dilakukan oleh pihak berwenang.

Contoh Kasus Kontaminasi di Indonesia

Salah satu kasus kontaminasi air minum dalam kemasan yang terjadi pada tahun 2021. Saat itu, Penelitian Annisa (2021) menemukan bahwa beberapa merek air minum dalam kemasan terkontaminasi bakteri E. coli. Bakteri ini biasanya ditemukan di lingkungan yang tidak higienis dan dapat menyebabkan berbagai penyakit jika dikonsumsi manusia.

Hasil penelitian dari 16 sampel air minum, terdapat 1 sampel positif mengandung bakteri Coliform dengan nilai APM Coliform 43/100 ml, yaitu pada sampel air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010. Ada beberapa faktor terjadinya kontaminasi bakteri Coliform pada 1 sampel air minum isi ulang, yaitu lokasi depot air minum yang berada dipinggir jalan, kondisi depot yang kurang terawat, kurang menjaga kebersihan, dan tidak melakukan pemeriksaan secara rutin.

Dampak Kesehatan yang Ditimbulkan

Kontaminasi air minum dalam kemasan oleh bakteri E. coli dapat menimbulkan dampak kesehatan yang serius. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan dengan gejala utama diare, yang bisa berlanjut menjadi diare berdarah. Selain itu, infeksi bakteri E. coli dapat menyebabkan dehidrasi parah, terutama pada anak-anak dan orang tua, yang jika tidak segera ditangani bisa berakibat fatal.

Beberapa orang juga dapat mengalami komplikasi serius seperti sindrom uremik hemolitik, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan masalah serius lainnya. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi bakteri E. coli bahkan dapat menyebabkan kematian, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Beberapa jenis E. coli dapat menyebabkan penyakit dengan memproduksi toksin Shiga. Gejala infeksi E. coli meliputi kram perut, diare, muntah, dan kadang demam ringan. Gejala biasanya muncul 3-4 hari setelah paparan dan perbaikan dalam 5-7 hari. Segera temui dokter jika mengalami diare lebih dari tiga hari, demam tinggi, diare berdarah, atau muntah berlebihan. E. coli juga dapat menyebabkan penyakit serius seperti meningitis, septikemia, infeksi saluran kemih, dan infeksi usus (Lestari, Tri Yuniwati 2022). Kasus ini menyoroti betapa pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas air minum dalam kemasan dan dampak serius yang dapat terjadi jika standar kebersihan tidak terpenuhi.

Tindakan yang Dilakukan oleh Pihak Berwenang

Setelah penemuan kontaminasi bakteri E. coli dalam air minum kemasan, Pihak berwenang segera mengambil tindakan tegas untuk melindungi kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang diambil:

  1. Penarikan Produk: Pihak berwenang menginstruksikan penarikan segera produk-produk air minum dalam kemasan yang terbukti terkontaminasi dari pasaran. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari produk yang berbahaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline