Saya hendak berkisah perihal Clorot, makanan khas dari Desa Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pagi buta itu, mobil-mobil pikap pengangkut sayur-mayur sudah berlalu-lalang di Pasar Jenar. Jam tiga dinihari bukan waktunya tidur—mari bekerja, saya berasumsi bila itu yang terlintas dibenak para pedagang pasar. Saat itu saya mengalami sulit tidur dan memutuskan menyusuri jalan di sekitar Kecamatan Purwodadi menaiki motor. Saya teringat, dua hari lalu, kebetulan adik lelaki saya bilang ingin sekali makan clorot. Masih pagi buta, saya melihat penjual jajanan pasar belum datang di deretan kios setelah pintu masuk pasar. Saya memutuskan berkeliling memacu motor lebih jauh lagi mencari udara segar dinihari menunggu subuh datang.
Setelah mentari fajar mengintip dari ufuk timur, saya kembali lagi ke Pasar Jenar, yang mana saya dari arah Alun-alun Purworejo setelah salat subuh berjemaah di masjid yang terletak di barat alun-alun Purworejo—sebuah masjid dengan fasad indah dan memiliki Bedug Pendowo yang digadang-gadang terbesar di Asia. Saya santai mengendarai motor menuju selatan dan hendak kembali ke pasar Jenar. Setelah sampai pasar Jenar saya segera masuk dan memesan jajanan pasar berupa clorot dan nasi uduk untuk sarapan di rumah.
Saya dan adik gemar ke pasar bersama, saat kecil juga kerap diajak nenek berjalan kaki menuju pasar. Saya mula-mula bertanya-tanya, mengapa clorot menjadi incaran banyak orang di Purworejo? Awal tinggal di Purworejo, saya sempat mengira clorot dari Bagelen, telatah yang memiliki kisah terkenal tentang legenda Nyai Ageng Bagelen. Ternyata, ketika bertanya pada kakek, beliau bilang kalau clorot berasal dari Desa Grabag.
Saya dibuat domblong, sebab clorot unik dan berbeda dari jajanan pasar pada umumnya. Bahkan, pasar di setiap sudut Kabupaten Purworejo pasti memiliki stok clorot, di Pasar Krendetan misal, juga Pasar Purwodadi, Pasar Baledono, dan Pasar Gesing, semua pasti memiliki clorot yang terkenal dari Desa Grabag.
Bukan tanpa alasan, karena clorot memang menarik dan bentuknya amat khas, yaitu kerucut memanjang sekitar satu kilan, clorot dibuat dari campuran tepung beras, kanji, dan gula merah, daun pandan, serta santan—mirip jenang. Nyamikan khas pasar itu terbebat janur, nah, yang membuat unik, yaitu cara makannya. Kita harus memasukkan jempol atau telunjuk jari ke pangkal clorot yang runcing lalu menekannya ke atas sehingga clorot keluar sendiri. Clorot amat kenyal dan akan meliuk-liuk seperti goyang dombret, dan saat digigit, rasanya amat manis dan lezat. Membuat ngiler mulut dan tak bisa berhenti menikmatinya.
Nyamikan ini biasa disajikan saat acara terima tamu. Seperti tamu yang jauh dari luar kota, sebut saja misal keluarga dari Madura, kala itu datang berkunjung ke Purworejo, mereka amat takjub saat mencicip clorot, tertegun, karena selain rasanya yang nikmat, bentuknya dan cara makannya yang memikat perhatian. Bahkan mereka membawa pulang banyak-banyak clorot tersebut, untuk oleh-oleh, saya dan adik senang sekali melihatnya, karena di Madura tidak ada yang namanya clorot. Jajanan bernama clorot juga kerap disajikan ketika acara syukuran, kenduri, perayaan lainnya seperti peringatan rajabiah. Jajanan pasar ini juga kerap tersaji di acara pernikahan.
Clorot di pasar dijual dalam bentuk satu ikat, pengikatnya dibuat dari welit bambu dan biasanya berisi lima sampai tujuh clorot. Nah, clorot juga kerap dibawa oleh pedagang sayur keliling, para pedagang keliling tersebut kulak lantas dijual kembali pada warga di kompleks dan desa-desa, laris manis pokoknya dan harganya terjangkau. Clorot juga kerap menemani sarapan pagi bapak-bapak sambil minum teh manis dan menghirup udara pagi yang segar sebelum beraktivitas.
Saking terkenalnya clorot, apabila saya melewati alun-alun Purworejo, di sudut alun-alun sisi utara sudah dibuatkan monumen berbentuk clorot, loh! Purworejo dengan keunikannya memikat banyak orang dan membuat betah penduduknya. Selain itu, clorot telah menjadi ikon makanan khas Purworejo yang berasal dari Grabag. Bersanding dengan durian dan manggis dari Kaligesing, susu kambing Etawa yang terkenal, melengkapi ciri khas dari segi kuliner menemani tari Dolalak asli Purworejo. Mulai dari kebudayaan, tradisi, dan terutama makanan, Purworejo memang menakjubkan. Ada yang mau mencoba clorot? Apa mungkin sudah pernah mencobanya? Ayo dolan Purworejo. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H