Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Tuan Rumah ASEAN Para Games 2021(2), Kenapa Harus Jakarta?

Diperbarui: 20 November 2021   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balap kursi roda Asian Para Games 2018 di SUGBK, Jakarta. Sumber gambar: detik.com

Rencana Indonesia buat mengambil alih tuan rumah ASEAN Para Games 2021/2022 dari Vietnam mirip-mirip kayak drama penentuan host Asian (Para) Games 2018. Deja vu.

Dan kalaupun Indonesia kembali dipercaya jadi tuan rumah pada 2022 mendatang setelah dibatalkan gegara kasus COVID-19 di negeri Paman Ho itu, apakah bisa terwujud mengingat sanksi WADA yang masih berlaku di negeri ini?

Ah, semoga ASEAN Para Sports Federation lupa dengan hal itu, atau enggak, LADI dan KOI bisa mempercepat pencabutan sanksi World Anti-Doping Agency (WADA) supaya tahun 2022 bisa berlaga dan jadi tuan rumah dengan tenang.

Hmmm, soal lokasi pertandingan, pikiran NPC pasti tak jauh-jauh dari Solo, dan ingin diadakan di Kota Bengawan, bahkan pas ditunjuk jadi tuan rumah Asian Para Games 2018 pada 2014 lalu, sempat berharap diadakan di kota tersebut. Yah, masa' kota itu lagi?

Alih-alih kota keraton, lebih baik ASEAN Para Games 2021/2022 diadakan di ibu kota negara, Jakarta. Meskipun kedua kota itu sama-sama berpengalaman menyelenggarakan ajang difabel tingkat internasional,  menurutku, alasan-alasan yang kujelaskan pasti jauh lebih menguntungkan!

  • Banyak Venue yang Sudah Siap Pakai, Berstandar Internasional Lagi!

Tiga tahun yang lalu, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games dan Asian Para Games. Tentu banyak venue-venue yang berstandar internasional, plus udah ramah dengan penyandang disabilitas. Udah direnovasi dengan dana gila-gilaan, kalau gak dipakai, ya sayang.

Bukankah venue-venue eks Asian Games dan Para Games harus dimanfaatkan dengan sering-sering menyelenggarakan ajang internasional?

Nah, ASEAN Para Games 2021(2) adalah salah satunya, kan bisa memanfaatkan venue-venue yang sudah ada, yang jauh lebih siap secara standar. Seperti Kompleks GBK, Velodrome Rawamangun, GOR-GOR di Jakarta, bahkan lapangan tenis Klub Kelapa Gading yang ramp-nya telah dipermanenkan.

Karena masih kurang dari lima tahun, tak perlu renovasi lah, hanya sebatas melengkapi fasilitas tambahan agar lebih ramah difabel, termasuk venue menembak yang hanya ditambah ramp sementara. Kan lebih baik secara pembiayaan karena bisa dihemat, mengingat harus membagi dana untuk kegiatan atlet-atlet yang sangat padat menuju Olimpiade dan Paralimpiade 2024.

Bayangin kalau tuan rumah tetap di Solo. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk renovasi venue ini dan itu, mengingat venue-venue ini sudah tak layak digunakan pada ajang internasional? Belum lagi penyelenggaraannya, bakal membengkak!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline