Dan, tiba-tiba.... ketemu brosur bazar bukunya!
Jelang berlibur ke kampung halaman akhir Januari lalu, rasanya bingung mau ngapa-ngapain. Persiapan pakaian buat traveling, sudah. Ya, akhirnya diriku baca buku sejarah.
Tapi, gak disangka di balik itu saya menemukan brosur bazar buku yang pernah diadakan di sekolah keponakanku. Oh, iya! Memang brosur ini sengaja saya simpan karena saya yakin bisa berguna dan ada kaitannya dengan artikel yang kutulis ini. Lalu, saya abadikan brosur ini dalam bentuk foto! Aman.
Hmmm, berkaca dari pengalamanku sih, sepertinya saya pernah mengalami hal yang sama. Sehari atau beberapa hari sebelumnya, biasanya semua murid di sekolah sudah dibagikan brosur bazar buku. Hari berikutnya, barulah bazar buku digelar sepanjang jam istirahat.
Sayangnya, buku-buku yang dijual kurang beragam. Paling, atlas, RPUL, kamus, dan buku-buku pembelajaran. Memang ada buku cerita dan keagamaan, tapi penerbit bukunya berskala lokal dan kualitasnya cenderung apa adanya. Walau begitu, tetap saja bazar buku di sekolah dikunjungi oleh para siswa.
Ah, ya ya, kalau merunut apa yang diteliti oleh Central Connecticut State University yang menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih baik daripada Botswana alias urutan ke-60, bisa jadi hanya omong kosong kalau (sudah) melihat kultur membaca Indonesia yang unik ini.
Yup, kunjungan pada bazar buku! Setiap ada bazar bisa dipastikan ramai (kalau ada promosinya, hehe). Soalnya, buku yang dijual di toko biasanya kelewat mahal. Apalagi kalau buku tebal, harganya terasa mevvah!
Sayangnya, bazar buku yang diadakan penyelenggara biasanya dilakukan di kota besar, atau kota kecil juga iya (itu pun kalau singgah). Selain itu? Pindah ke kota lain yang menurutnya menguntungkan buat bisnis mereka. Itu aja.
Tapi, sebelum itu, mau gak, coba peruntungan buat bazar buku murah berkualitas (terutama dari penerbit ternama) di sekolah-sekolah?