Dalam hitungan hari ke hari, ajang Asian Games akan segera pergi, berpindah ke kota di negara lain yang menjadi tujuan selanjutnya empat tahun mendatang: Hangzhou.
Rasanya, kita masih susah ya melepaskan ingatan tentang ajang terakbar se-Asia ini, meskipun semua yang terjadi selama ini bakal meninggalkan sesuatu yang bernama warisan dan kenangan.
Namun, sebelum perhelatan ini benar-benar pergi meninggalkan kita, bolehkah saya membuka memori tentang ajang olahraga di bawahnya: SEA Games 2011?
Pasalnya, pesta olahraga Asian Games langsung mengingatkanku akan ajang olahraga se-Asia Tenggara tujuh tahun sebelumnya, karena dilangsungkan di dua kota yang sama: Jakarta dan Palembang. Rasanya, saya tergelitik buat pelajaran-pelajaran kecil deh.
Kenapa? karena saya merasa pelaksanaan Asian Games ini kali ini bertabur pujian. Dari masalah venue, wisma atlet, pesta pembukaan yang mengagumkan, sampai hal-hal lainnya meskipun ada-ada saja kritikan yang terlontar dari beberapa pihak. Delegasi negara-negara Asia sampai presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Sheikh Ahmad Al-Sabah pun ikut-ikutan memuji karena, yah tahu sendiri 'kan, negara kita bisa mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan Asian Games sesuai standar dalam waktu yang singkat!
Padahal, kata presiden OCA, persiapan Asian Games biasanya dilakukan selama enam tahun. Kini, Indonesia hanya melakukan hal serupa dalam waktu sebentar saja. Pecah rekoooor!
Dan, bukankah persiapkan SEA Games 2011 juga dilakukan dalam waktu yang tidak lama? Duuh, saya langsung terbayang kala saya memantau berita di berbagai media, persiapannya memang kacau balau. Sampai-sampai pembangunan venue dilakukan dengan terburu-buru selama kurang lebih sebelas bulan. Tak hanya itu, beberapa venue belum jua menunjukkan tanda-tanda kesiapan yang sempurna!
Yang paling terburuk dari itu, persiapan untuk menyiarkan siaran langsung pembukaan SEA Games 2011 di Palembang juga dilakukan serba terburu-buru. Rasanya tegang kala saya menyaksikan persiapan ini lewat video di YouTube. Tapi toh akhirnya bisa berhasil juga 'kan?
Ya, walaupun ide menyelenggarakan SEA Games 2011 di dua kota pada zaman SBY, justru bisa bermanfaat ke depannya. Mungkin, yah tak ada yang tahu di tengah perjalanan menuju tuan rumah tiba-tiba ditimpa masalah yang membuat tak menyanggupinya lagi.
Karena itu, dua kota tuan rumah event olahraga memberi pelajaran berharga pada dunia. Bersiap dengan alternatif alias plan B ketika tiba-tiba tuan rumah mengangkat tangan pada komite penyelenggara, sedangkan waktu persiapannya telah banyak terbuang menjadi lebih singkat.
Dengan venue yang sudah ada dan lengkap, diharapkan bisa menolong persiapan dalam waktu yang tidak terlalu lama karena hanya butuh pembenahan sesuai standar. Jikalau dipaksakan dilakukan di satu kota, risikonya besar: TIDAK SIAP!
Terus, pembangunan venue. Ternyata Indonesia masih terbayang-bayang akan proyek Hambalang yang masih meninggalkan bekas traumatik. Ditambah lagi adanya kasus suap wisma atlet di Palembang, saat pembangunan tempat tinggal atlet selama SEA Games 2011 membuat mereka takut, ya takut menggarap venue perlombaan!
Untung saja urusan pembangunan dan renovasi venue untuk Asian Games (dan juga Para Games) dipercayakan sama kementerian PUPR serta meyakinkan pihak OCA, karena diberi peringatan keras oleh mereka perihal status tuan rumah yang akan dicabut. Kalau hal ini sampai terjadi, bangsa kita bakal menanggung malu, ya 'kan?