Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Merasa Buntu dan "Galau" ketika Menulis? Begini Caranya

Diperbarui: 6 Maret 2018   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Option Gray

Aaku galauuu....
aku bingung, apa ide menulisnya jadi ditulis atau tidak, ya?

Galau, siapa sih yang tidak mengenal kata yang satu ini? Apalagi di kalangan muda-mudi, duuh kata ini langsung menjadi populer untuk menyatakan perasaan yang sedang dihadapi. Apalagi kalau sudah tersandung masalah dan tak tahu harus berbuat apa, pasti di hatinya dihasilkan perasaan galau merana yang kadarnya melebihi gelisah itu sendiri, iyaa 'kan?

Nah, ketika sedang dilanda galau, biasanya kalian akan lari dan melampiaskan perasaannya kepada seseorang yang bernama teman curhat. Tapi, kalau dia sedang tak ada di sisi kalian? Tenang, ada cara lainnya, kok. Bisa melalui ibadah dan mengutarakan keluh kesahnya kepada Tuhan yang enggak bosan-bosannya mendengarkan curahan hati hamba-Nya.

Namun, bagi yang suka menulis, perasaan galau ternyata menjadi peluang emas untuk merangkaikan kata demi kata menjadi sebaris naskah. Apalagi kalau yang menulisnya adalah seorang penyendiri dan kesepian, baginya menulis adalah obat yang bisa menghalau rasa kehampaan. Dan, efeknya enggak main-main, lho! Sudah ada, malah banyak penelitan yang menunjukkan manfaat menulis secara psikologis, daan... hasilnya bisa menyembuhkan penyakit dan membuat perasaan lebih tenang!

Jadi, salahkan kalau menulis di saat galau merana begini?

Boleh, tapi malah lebih bagus! Namun, alangkah baiknya kalau menulisnya untuk melampiaskan perasaan diri sendiri , terus (kalau perlu) "dihilangkan" dengan menyobek, membakar, atau semacamnya sebagai simbol membuang energi negatif, bukan untuk dipamerkan di dunia maya macam kebanyakan status-status di media sosial. Nah, katanya kalian mau berinternet sehat, positif, dan memerangi hoaks, jadi sebaiknya tulisan-tulisan galau disimpan sendiri di buku diari kalian masing-masing, ya!

***

Tapi, sebenarnya bukan tema ini yang kita bahas, melainkan "galau" yang lebih dari itu. Yakni, "galau" yang biasa dihadapi saat proses menulis. Hmmm, apa kalian pernah mengalaminya?

Itu lho, kala kalian kedapatan ide menulis, terus kalian terjebak dalam kebimbangan. "Galau" apakah ide tulisan bisa dieksekusi (segera) atau tidak, sederhana atau malah rumit sampai harus mencari informasi tambahan atau pengalaman baru. Dan yang pasti, bukan soal ide yang positif atau negatif, ya! Toh, pada nalurinya kita akan memilih menyebarkan pesan yang bermanfaat.

Ya, saya pernah mengalami hal-hal seperti ini. Bahkan, sampai saat ini ada satu ide menulis (ups, temanya rahasia ya, hehe :D) yang sampai saat ini belum bisa mewujudkannya menjadi tulisan. Memang sih temanya sudah mantap, tapi di tengah jalan saya tak tahu solusinya apa untuk melanjutkan inspirasi tulisan. Rumiiiit!

Di tengah kegalauan eksekusi ide itu, akhirnya saya mendapatkan sedikit pencerahan. Saat itu, saya mendengarkan siaran radio talkshow Smart Happiness-nya Arvan Pradiansyah yang membahas tentang "Galau". Ya, galau. Tema inilah yang lama-kelamaan membuatku sadar setelah merenungkannya, oohhh ini ada sedikit kecocokan dengan apa yang kualami. Yah, walaupun hanya dalam persoalan membuat tulisan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline