Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Dengan Menulis, Kita Bisa "Meniru" Layaknya Ilmuwan, Kok!

Diperbarui: 10 Desember 2017   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Psyciencia

Bulan ini, saya sudah menuliskan dua artikel, beraroma teori ilmiah dan psikologi. Tapi, rasanya ada sesuatu yang mengganjal, yang harus kubagikan di sini, sekarang.

Selama saya (belajar) menulis selama tiga tahun di sini, sudah tiga ratusan artikel yang telah kuabadikan di sini. Mungkin, dari tahun ke tahun, tulisanku malah semakin lebih bagus, ya. Kok bisa ya, saya bisa menulis artikel-artikel seperti ini?

Apa hanya karena pengalaman yang banyak? Bagiku, ini jelas tidak mungkin!

Jujur saja, selain harus memaksakan diri untuk banyak membaca, saya harus melakukan berbagai macam cara agar karier kepenulisanku semakin berkembang dan hasil karyanya, semakin berkualitas. Bahkan, dengan bermacam-macam cara itu yang kemudian menuliskan hasilnya, secara tak sadar saya menirukan apa yang dilakukan para ilmuwan!

Hah? Ilmuwan?

Bukan ilmuwan beneran kok, tapi "amatiran" dan "tak resmi". Walaupun hasilnya sederhana, tetap saja dihargai! Justru itu, dengan tulisan sederhana ini, kita bisa memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Tapi.... bukan berarti tulisan yang hanya pengalaman "dihina" dan dikesampingkan lho. Namun, tulisan berilmiah inilah yang memang bernilai lebih tinggi, dan memang tulisan-tulisan seperti itu lebih layak untuk kita baca, dan menyelami isinya.

Oh ya, dalam penelitiannya, para ilmuwan, profesor dan peneliti tentu menggunakan berbagai cara untuk menciptakan karya mereka yang berilmiah, dan dua di antaranya, adalah cara yang saya pakai untuk mendapatkan bahan untuk menulis. Hmmm, apa saja ya metodenya?

Bereksperimen dalam Menulis

Kalau saya harus kuingat-ingat lagi, kurasa ada satu pengalaman yang ada hubungannya dengan tema ini. Dan itu pun harus terlempar ke masa lalu. Ya, apalagi kalau soal kenangan-kenangan yang berada di laboratorium sekolah, iyaa 'kan?

Sebagai alumni anak IPA, sudah barang tentu dalam pelajarannya, rasanya kurang sempurna belajar teori tanpa praktik yang menyertainya. Karena itulah, di sekolah disediakan laboratorium untuk menunjang pembelajarannya. Meskipun kami selama bersekolah jarang berpraktik di ruangan lab, bukan berarti tak ada kenangan satu pun yang bisa dibawa pulang selepas bersekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline